Rabu 02 May 2012 21:11 WIB

Ar-Rihlah, Kisah Petualangan Seorang Muslim (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi perjalanan Ibnu Bathuthah.
Foto: saudiaramcoworld.com
Ilustrasi perjalanan Ibnu Bathuthah.

REPUBLIKA.CO.ID, Allah menciptakan manusia dengan berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya yang tersebar di seantero jagat.

Allah juga menegaskan, perbedaan asal usul merupakan bukan sumbu perpecahan, tetapi justru adalah bekal berharga untuk saling mengenal satu Muslim dengan Muslim yang lain.

 

Prinsip inilah yang melandasi petualang asal Maroko, Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati Ath-Thanji atau akrab dikenal dengan Ibnu Bathuthah.

Ibnu Bathuthah menjelajah dunia untuk menyingkap keajaiban karya Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta. Perjalanannya melanglang dunia itu telah dibukukan dengan judul The Adventures of Ibn Bathuthah. Dalam bahasa Arab, berjudul Ar-Rihlah.

Sebenarnya, judul bukunya dalam bahasa Arab adalah Tuhfah an-Nazhar fi Gharaib al-Amshar wa ‘Ajaib al-Asfar. Namun, disingkat dengan Ar-Rihlah. Dalam kitabnya yang terdiri atas dua jilid ini, Ibnu Bathuthah menuliskan pengalaman dan petualangannya ke seluruh penjuru dunia. Hebatnya lagi, ia mendeskripsikan tiap negara yang dia singgahi berikut uraian terkait kondisi sosial, budaya, dan kemasyarakatan.

Bahkan, Ibnu Bathuthah menceritakan hal-hal kecil yang asing dan belum pernah dia dapati di negara asal, mulai dari tumbuh-tumbuhan, hewan, jenis makanan, dan lain sebagainya. Misalnya, sewaktu mengunjungi Cina, dia dan rombongan hendak memasak ayam, dikatakan bahwa ayam-ayam yang berasal di Cina besar ukurannya sampai-sampai tidak muat ketika hendak di masak di bejana.

Dan tak ketinggalan poin penting yang selalu ditekankan Ibnu Bathuthah dalam diary-nya tersebut adalah mengangkat kondisi penyebaran dan corak pemahaman agama Islam yang saat itu sudah tersebar di pelosok Afrika dan Asia sekalipun masih sangat sedikit.

Peninggalan semata wayang

Kitab Ar-Rihlah merupakan dokumentasi satu-satunya yang mengabadikan kisah petualangan Ibnu Bathuthah. Bahkan, bisa dipastikan kitab Ar-Rihlah adalah warisan berharga semata wayang yang ditinggalkannya walaupun dia dikenal sebagai seorang alim, fakih, dan masyhur menjadi seorang hakim di beberapa wilayah yang dia singgahi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement