Senin 06 Feb 2012 11:35 WIB

Kitab Al-Fath Ar-Rabbani, Petuah Tasawuf Berbasis Tauhid (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam dunia tasawuf, olah spiritual riyadhah memiliki dimensi yang sangat luas. Apalagi olah spiritual itu menyangkut dimensi yang tak tersentuh oleh indera. Jiwa, hati, dan nafsu adalah merupakan satu dari rahasia Allah yang terus coba digali oleh para pencari kebenaran.

Banyak bentuk diungkapkan guna memperjelas jalan dan mempertegas alur menuju kemurnian tauhid dan ketulusan ubudiyah. Termasuk ikhtiar yang dilakukan melalui berbagai bentuk untuk mendapatkan hakikat makna kehidupan dan arti hubungan antara seorang hamba dan Sang Khalik.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, yang dijuluki pemimpin para wali Allah (quthb al-auliya), menuangkan gagasan dan hasil kontemplasi dalam salah satu kitabnya yang bertajuk Al-Fath Ar-Rabbani Wa Al-Faidl Ar-Rahmani.

Kitab ini memuat tentang olah spiritual dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT. Nasehat-nasehat yang tertuang dalam 62 dua majelis. Tema-tema yang diangkat berputar pada cara mengelola dan mendidik jiwa, hawa nafsu, dan membersihkan hati.

Perkara yang perlu ditekankan pertama kali adalah memahami arti tauhid yang merupakan inti dari ajaran agama. Al-Jailani menegaskan, berpaling kepada Allah SWT ketika takdir turun berarti ketiadaan agama, tauhid nihil, dan sirnalah arti tawakal dan keikhlasan. Akal manusia tidak mampu mencerna bagaimana dan kenapa Allah menakdirkan sesuatu kepada hamba-Nya. Bahkan, seringkali akal sehat dan hati kecil manusia menentang dan tidak rela dengan ketentuan yang telah diberikan kepadanya.

Oleh karena itu, Al-Jailani memberikan nasehat agar terhindar dari keburukan nafsu dengan cara terus melatih dan menempanya. Tatkala nafsu berhasil ditaklukkan maka segalanya akan menjadi baik dan berada dalam koridor kebaikan selalu. Nafsu pun akan selaras dengan segala bentuk ketaatan dengan meninggalkan maksiat. Sebagaiman firman Allah, "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya." (QS. Al-Fajr: 27- 28).

Al-jailani meminta agar tetap menjaga kemurnian hati, jika hati baik maka seluruh tindakan akan baik pula seperti yang disabdakan Rasulullah dalam hadis berikut: "Ada segumpal darah di tubuh anak Adam yang apabila dia baik, maka seluruh jasadnya akan baik pula. Dan jika hatinya rusak, maka rusaklah semua jasadnya, yaitu hati.”

Agar hati selalu terjaga maka ketakwaan, tawakal, tauhid dan ikhlas beramal untuk Allah semata penting ditekankan. Selama perkara tersebut ditanamkan maka niscaya hati akan terhindar dari kerusakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement