Selasa 11 Oct 2011 12:00 WIB

ACIS : Merangkai Mozaik Keberagaman Muslim Indonesia

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Siwi Tri Puji B
Menteri Agama Suryadharma Ali
Foto: Antara
Menteri Agama Suryadharma Ali

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Annual Conference Islamic Studies ke XI resmi dibuka oleh Menteri  Agama Suryadharma Ali (SDA) di Pangkal Pinang, Bangka, Senin (10/10). Konferensi tahunan kali ini bertujuan menggali khazanah islam di Indonesia sebagai agama yang ramah, terbuka, inklusif, dan solutif.

Tema konferensi 'Merangkai Mozaik Islam untuk Membangun Karakter Bangsa', menurut SDA, sengaja dimunculkan mengingat muslim Indonesia memiliki watak yang ramah, inklusif dan toleran sebagai potret keberislaman yang unik. Menurutnya, masyarakat Islam Indonesia  dari Sabang sampai Merauke memiliki varian-varian keberislaman yang berbeda dengan ekspresi keberislaman di belahan dunia lain. "khususnya di negara-negara Timur Tengah,"ungkap SDA saat membuka ACIS.

Kentalnya praktik keberagamaan yang berbasis pada nilai-nilai budaya lokal, ujarnya, menjadi nilai khas budaya muslim Indonesia. Contohnya, pelestarian tradisi perayaan hari-hari besar Islam, pola hubungan dengan entitas non-muslim, jenis dan bentuk arsitektur rumah ibadah.

Menurutnya, ekspresi keberislaman masyarakat Islam Indonesia tidak dapat dilepaskan dari warna sosial dan kemajemukan, yakni bahasa, adat istiadat, budaya, warna kulit, etnis, maupun agama. SDA mengungkapkan  kondisi tersebut perlu dikelola  agar relasi-relasi sosial masyarakat tetap terjaga. Bahkan, tuturnya, kemajemukan dengan segala keunikannya harus  terus dikembangkan. "Karena upaya-upaya “penunggalan” atas kemajemukan merupakan pengingkaran terhadap realiOtas sosial yang diberikan dari Tuhan,"ujarnya.

Oleh karena itu, ujarnya, masyarakat Islam Indonesia dituntut bisa hidup bersama di atas sebuah prinsip untuk saling meneguhkan. Sehingga, ungkapnya, wacana keislaman dan keindonesiaan harus dibingkai dalam satu tarikan nafas yang harmonis untuk menyediakan ruang gerak bagi keadilan berekspresi, berpartisipasi, dan berartikulasi.

Menurutnya, ACIS ke-11 dimaksudkan sebagai “oase” dan “rumah bersama” untuk mendialogkan berbagai persoalan kebangsaan dan warna-warni pemikiran keislaman, keindonesiaan dan kebangsaan. Sehingga, ujar SDA,  Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) X yang diselenggarakan di Banjarmasin pada tahun lalu telah mengangkat tema “Menemukan kembali Islam Indonesia” (Reinventing Indonesian Islam) relevan dilanjutan di  ACIS ke XI di STAIN Syaikh Abdurrahman Sidik Bangka Belitung dengan tema 'Merangkai Mozaik Islam untuk Membangun Karakter Bangsa'.

Selanjutnya, Direktur Jendral Pendidikan Islam, Prof Dr Muhammad Ali menjelaskan salah satu persoalan krusial bangsa sekarang ini adalah membangun karakter bangsa. Menurutnya, Prilaku reaktif, emosional, dan anarkhis sudah menjadi tontonan keseharian sebagai yang diberitakan  media massa. Bahkan ironisnya, terkadang yang tawuran justeru antar pelajar yang tidak laik berbuat demikian. Hal ini sebagai indikator bahwa masyarakat kita cenderung menjauh dari nilai-nilai luhur bangsa.

 

Oleh karenanya, ujar Ali, nilai-nilai luhur bangsa seperti gotong-royong, tolong-menolong, rasa malu ketika mengambil sesuatu yang bukan haknya, menghormati orang tua dan guru, sopan-santun dalam bertutur kata perlu digali kembali. Nilai-nilai luhur tersebut, ujarnya, dapat dijadikan pilar utama dalam membangun karakter bangsa. Tokoh pendidik, tokoh agama, masyarakat serta seluruh komponen bangsa pun diimbau untuk bahu-membahu dan menjadi teladan bagi yang lain.  "Sekarang ini kita mengalami krisis figur dan keteladanan,"jelasnya.

Tigabelas narasumber akan menyampaikan gagasannya pada konferensi kali ini. Diantaranya, terdapat anggota komisi etik Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua. Selain itu, terdapat Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Dr  Mohammad Ali, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Kemenag, Prof Dr Machasin.

Dari unsur masyarakat madani, akan berbicara aktivis perempuan Lies Marcus Natsir dan Arskal Salim. Sementara  perwakilan dari akademisi yakni Prof Dr Oman Fathurrahman, Prof  Ahmad Suaedi, dan Dr Yuni Khuazefah dan pengamat politik Yudie Latif dan Dr Nadirsyah Husein. Narasumber lain yakni Tenas Effendi, KH Husein Muhammad dan Drs Ahmad Elvian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement