Rabu 16 May 2018 20:18 WIB

Menahan Diri adalah Ciri-Ciri Orang Bertakwa

Umat perlu memahami agama secara benar dan meningkatkan hubungan dengan Allah SWT.

Rep: Muhyiddin/Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Takwa
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Takwa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mujib Qulyubi mengatakan, dalam konteks kebangsaan ini, dengan datangnya Ramadhan hendaknya masing-masing kelompok atau pribadi bisa menahan diri, sehingga bisa menuju negeri yang subur dan makmur, adil dan aman.

"Jadi dalam konteks kebangsaan kita, marilah kita sesama umat yang lemah yang tdak ada kekuatan kecuali Allah, kita bangun toleransi, kita bangu negara untuk menjadikan BaldatunThayyibatun wa Rabbun Ghafur," jelasnya.

Menurut dia, jika negara ini gaduh maka umat beragama tidak akan bisa melaksanakan ibadah kegaamaan dengan nyaman. Karena itu, dia mengajak agar bersama-bersama mencitai negara ini seperti halnya mencintai agama. "Cinta terhadap agama harus sebanding cibta terhadap negara," ujarnya.

Untuk bisa menahan diri di bulan puasa, menurut dia, maka umat harus memahami agama secara benar dan meningkatkan hubungan dengan Allah. Menurut dia, dengan meningkatkan ketakwaan, maka akan membuat seseorang bisa menahan diri.

"Marilah kita menuju orang yang takwa terhadap Allah agar nanti kita bisa kembali ke fitrah dan bisa menahan diri," katanya.

Dia mengatakan, tujuan puasa sendiri adalah untuk bertakwa kepada Allah. Menurut dia, ibadah puasa akan diterima jika mampu menahan diri dari segala tingkah laku yang buruk, tidak hanya persoalan makan dan minum. "Bahwa menahan diri adalah ciri-ciri orang bertakwa. Cirinya kemudian adalah bisa memaafkan orang lain bahkan meskipun salah," jelasnya.

Menurut dia, indikasi seseorang yang berhasil menahan diri di Bulan Ramadhan adalah orang yang tidak merepotkan orang lain dan tidak merugikan orang lain. Menurut dia, justru orang itu akan memberikan manfaat pada lingkungan sekitarnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai,  situasi nasional sekarang mesti diakui sedang diwarnai pelbagai masalah. Di dunia maya, orang-orang kerap saling mencemooh hanya karena perbedaan pandangan dan kecenderungan politik. Di dunia nyata, aksi-aksi terorismd kembali marak. Demikian pula dengan kasus-kasus korupsi para pejabat negara serta peredaran narkoba.

Haedar Nashir melihat, bentuk-bentuk kemunkaran itu terjadi akibat para pelakunya tidak menahan diri sehingga merugikan masyarakat luas. Di sinilah fungsi bulan Ramadhan, yakni sebagai indikator sejauhmana seorang Muslim terlatih untuk mengendalikan dirinya. Orang Islam diharapkanuntuk mengisi bulan yang mulia ini dengan terus memperbanyak kebaikan, menjauhiperbuatan-perbuatan dosa, dan menghindari perpecahan dan apalagi konflik.

Kiatnya adalah terus menjaga semangat amar maruf nahimunkar, meneguhkan tekad untuk menjadi penganut agama yang rahmat bagi semesta (rahmatan lil alamin). Pada akhirnya, Haedar berharap Indonesia yang damai, makmur, serta penuh rahmat dan ampunan Allah (baldatun thoyyibatunwa rabbhun ghaffur) dapat terwujud setelah usainya bulan suci Ramadhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement