Sabtu 04 Dec 2010 17:49 WIB

Menunaikan Ibadah Haji di Dunia Maya, Apa Itu?

Rep: agung sasongko/ Red: irf
Jamaah Haji di Masjidil Haram
Foto: AP
Jamaah Haji di Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kapasitas yang terbatas berikut faktor lainnya tidak memungkinkan setiap Muslim untuk pergi haji. Fakta itu terendus Second Life, laman komunitas dunia maya. Laman yang dikembangkan oleh perusahan riset Linden Research segera memperkenalkan layanan baru yang diberinama Pula Haji. Layanan ini ditujukan kepada setiap Muslim yang mungkin belum berkesempatan menuaikan ibadah haji. Disamping itu, haji virtual ini juga bisa dimanfaatkan untuk pendidikan haji sekaligus mengurangi kesalahan umum yang acap kali dibuat oleh banyak peziarah.

Hisham Jaafar, Pemimpin Redaksi Islam Online mengatakan "Pulau Haji" secara riil menggambarkan kota Mekkah dalam bentuk tiga dimensi. Secara jelas, pengunjung bakal melihat Kabah, bukit Safat dan Marawah serta mengunjungi Mina. Second life juga memasukan jam tertinggi di dunia, Makkah Clock Tower, yang menghadap Masjidil Haram. Tak hanya itu, sarana transportasi kereta api virtual yang menghubungkan Mina dan gunung Arafat siap dioperasikan pertama kalinya.

Pulau haji secara resmi diperkenalkan pada publik bulan lalu. Dalam beberapa minggu terakhir, menurut Jafar, banyak pengunjung Muslim dan pengunjung non-Muslim yang datang untuk mengikuti kuliah dan pelatihan tentang haji. Layanan itu tersedia seacra gratis berikut dengan pengantar bahasa Inggris dan Arab.  Sekitar 400 orang mengunjungi "Pulau haji" per harinya.

Awatef Mohammad Fahim, ketua Tim Pengembang dari Second Life mengatakan pelatihan haji virtual memakan waktu sekitar 45 menit. Setelah log in, peserta pelatihan, dalam bentuk karakter tiga dimensi (disebut avatar), mengembara melalui dunia maya yang mencakup semua lokasi Haji dan tempat-tempat suci. Fahim mengungkap program diawali dengan avatar yang sudah mengenakan jubah ritual haji atau ihram. Setelah mengenakan ihram, avatar bebas bergerak di sekitar Masjidil Haram di Mekkah, dan melakukan ibadah sesuai dengan rukun haji.

Fahim mengatakan selama berada di pulau haji, pengguna tetap mendapatkan informasi dalam bentuk rambu-rambu, nomor, panah, peta dan gambar. Fahim juga mengatakan mereka yang mengunjungi "Pulau haji" juga dapat mempelajari doa-doa yang diperlukan selama haji. "Selama ritual setiap kali peserta pelatihan ingin mengajukan pertanyaan, ia dapat menghentikan dosen dan tanyakan pertanyaannya baik melalui teks atau dengan dosen audio," tambahnya.

Fahim menyimpulkan tujuan lain dari pulau haji adalah untuk memperkenalkan masyarakat  non-Muslim terhadap Islam. Tercatat dari 25 juta orang yang terdaftar di Second Life, kebanyakan dari mereka adalah non-Muslim.  "Bercampurnya Muslim dan non-Muslim di sini memungkinkan non-Muslim memiliki kesempatan untuk lebih banyak belajar tentang Islam. "Banyak perempuan dari Amerika, Inggris dan Eropa berpartisipasi dalam program pelatihan. Pekan lalu, seorang profesor universitas Jerman mengikuti pelatihan bersama dengan murid-muridnya non-muslim. Salah satu peserta pelatihan dari Republik Dominika baru-baru ini mengumumkan masuk Islam setelah mempelajari ritual ibadah haji melalui proses pelatihan. " cerita Fahim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement