Sabtu 28 Jun 2025 18:11 WIB

Cinta tak Mengenal Usia, Kisah Haru Pasangan Lansia di Nikah Massal  

Memutuskan untuk menikah lagi bukan perkara mudah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Supriyadi Yanuar (64 tahun) dan Susiati (54) tampak tersenyum bahagia. Berbalut busana pengantin sederhana berwarna putih.
Foto: Dok Republika
Supriyadi Yanuar (64 tahun) dan Susiati (54) tampak tersenyum bahagia. Berbalut busana pengantin sederhana berwarna putih.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Suasana khidmat bercampur haru menyelimuti ruang utama Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (28/6/2025) pagi itu. Seratus pasangan dari berbagai latar belakang menanti dengan wajah tegang sekaligus bahagia. Mereka bukan hanya menanti ijab kabul, tetapi juga momentum sakral yang selama ini tertunda. 

Di antara deretan pengantin muda yang berdandan serasi, sepasang pasangan lansia mencuri perhatian. Supriyadi Yanuar (64 tahun) dan Susiati (54) tampak tersenyum bahagia. Berbalut busana pengantin sederhana berwarna putih.

Baca Juga

“Alhamdulillah, akhirnya kami sah secara hukum negara. Ini adalah impian kami sejak lama,” ujar Supriyadi menahan haru.

Kisah cinta mereka dimulai pada tahun 2021, saat pandemi Covid-19 melanda. Keduanya adalah duda dan janda yang dipertemukan oleh keadaan. Supriyadi kehilangan istrinya pada tahun yang sama, sementara Susiati telah menjadi janda sejak 2009. Kesepian yang mendera akhirnya mempertemukan mereka.

Bagi Supriyadi, memutuskan untuk menikah lagi bukan perkara mudah. Dia mengaku sempat trauma setelah kepergian sang istri. 

"Saya sempat mengalami trauma setelah istri meninggal. Tapi saya mantap menikah lagi karena ingin menjalankan perintah agama," ucap Supriyadi. 

Susiati pun mengamini. Pernikahan di usia lanjut bukan halangan untuk membina rumah tangga yang sakinah. “Butuh waktu, butuh semangat, dan butuh keyakinan. Arti pernikahan bagi kami sekarang adalah melanjutkan kehidupan di bawah ridha Allah,” kata Susiati.

Keduanya percaya, cinta tidak pernah mengenal batasan usia. "Usia hanyalah angka. Tapi semangat kami untuk meraih rida Allah tidak pernah merasa tua,” ucap Susiati dengan mata berkaca-kaca.

Prosesi akad nikah massal berlangsung khidmat. Menteri Agama TI, Prof Nasaruddin Umar turut memberikan nasihat pernikahan.

“Pernikahan adalah mitsaqan ghaliza, perjanjian yang kokoh dan sakral, bukan hanya disaksikan manusia, tetapi juga malaikat dan makhluk spiritual,” ujar Nasaruddin dalam sambutannya.

Dia juga menegaskan pentingnya pencatatan pernikahan secara hukum negara. “Tanpa akta nikah, hak-hak sipil bisa hilang. Bahkan, tidak bisa naik haji tanpa dokumen itu,” ucap Nasaruddin.

Usai ijab kabul, pasangan Supriyadi dan Susiati menerima buku nikah yang telah lama mereka nanti. Kemenag memberikan beragam hadiah kepada seluruh pasangan, mulai dari seperangkat alat sholat, mushaf Alquran, paket kosmetik dari Wardah, hingga dana pembinaan minimal Rp 2,5 juta.

Nikah Massal di masjid terbesar se Asia Tenggara ini bukan hanya menjadi ajang mengikat janji suci, tetapi juga momentum membuka lembaran baru dalam hidup. Termasuk bagi Supriyadi dan Susiati, yang kini memulai kembali kehidupan rumah tangga di usia yang tak lagi muda.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement