REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH--Kepatuhan jamaah haji Indonesia terhadap aturan penerbangan masih rendah. Dengan kerap tidak diindahkannya, maka berdampak terhadap keterlambatan pemulangan jamaah dari Bandara Haji King Abdul Aziz, Jeddah, Saudi Arabia sejak 20 November 2010.
Duty Manajer Garuda Indonesia di Terminal Haji Jeddah, Wahyudi, di Jeddah, Sabtu (27/11), mengatakan, selain jamaah Embarkasi Solo yang cenderung lebih tertib, embarkasi lainnya masih ada yang masa bodoh. Jamaah yang masih sering kurang disiplin, terutama dari Embarkasi Medan, Banda Aceh, Balikpapan, Makassar, dan Banten.
Banyak di antara mereka tidak mempedulikan ketentuan batas barang bawaan, bahkan ada yang tidak mau menerima proses pemeriksaan melalui x-ray. Ada yang menganggap, antre dalam pemeriksaan melalui x-ray sebagai hal yang merepotkan. "Padahal sebenarnya itu prosedur normal," kata Wahyudi.
Petugas di bandara tidak akan kompromi dan terus mencari sumber yang membuat alarm berbunyi. "Bayangkan kalau tiap jamaah menjalani pemeriksaan 1 menit saja, dengan 455 penumpang dalam satu kali penerbangan, maka pemeriksaan di tempat ini bisa sampai 455 menit," jelasnya.
Sosialisasi mengenai peraturan penerbangan, kata Wahyudi, sebenarnya sudah disampaikan sejak jamaah mengikuti manasik haji di tanah air. Brosur-brosur soal ketentuan itu juga ditempelkan di kopor tiap jamaah, di samping pemutaran video di atas pesawat saat pemberangkatan.
Wahyudi mengatakan, pihak penerbangan tidak berniat menghalangi jamaah membawa buah tangan atau oleh-oleh. Barang bawaan yang diperolehkan naik ke kabin pesawat tidak lebih dari 7 kg. Selain itu, tidak diperkenankan membawa benda-benda tajam seperti pisau, gunting, atau semacamnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
