Kamis 01 Jun 2017 08:43 WIB

Karina Sering Ikut Shalat Idul Fitri

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto: Onislam.net
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan hal yang mudah bagi Karina untuk akhirnya menjadi Muslimah. Ia harus menghadapi orang tua satu-satunya yang ia miliki setelah mamanya wafat, sebulan setelah Karina lahir. Meski mamanya Muslimah, Karina dibesarkan papanya sebagai Katolik taat.

Sejak tujuh tahun, pemilik nama lengkap Margaretha Maria Alacoque Karina Anggara Ayu Kusuma ini sebenarnya sering ikut pergi shalat Idul Fitri meski hanya duduk-duduk saja mendengarkan khotbah. Dua tahun kemudian, Karina merasa ingin sekali belajar Islam. Setelah diizinkan oleh guru agama Islam di sekolah, Karina belajar Islam secara diam-diam, bahkan mengikuti ulangan caturwulan.

Apa yang ia sembunyikan akhirnya terbuka juga. Papanya marah saat mendapati nilai agama Islam muncul di rapor putri keduanya itu. Sejak saat itu, Karina merasa lingkaran pertemanannya semakin diawasi papanya.

Karina tidak bisa lagi ikut mengaji bersama teman-teman Muslimnya, hal yang selama ini juga dilakukannya diam-diam. Ia hanya bisa pasrah dan menerima. “Saya sadar, saya belum cukup bisa membela hak saya,” ujar wanita yang berdomisili di Cinere itu.

Selama 11 tahun Karina tetap ke gereja tanpa putus. Ia sering menjadi yang pertama bangun dan siap pergi untuk beribadah di antara anggota keluarganya yang lain.

Tapi selama 11 tahun ia jalani rutinitas tersebut, semakin ia merasa tidak sanggup dan ingin keluar. Ada saja yang dirasakannya, entah ingin muntah, pusing, atau lemas. Karina merasa tertekan sendiri karena membohongi dirinya dengan melakukan apa yang tidak benar-benar ia inginkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement