Jumat 31 Mar 2017 16:16 WIB

Ketika Komedian Hollywood Pelajari Keindahan Islam

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Preacher Moss

Kenangan pertama yang masih membekas di hati Moss adalah ketika ia menyaksikan bagaimana teman sekelasnya begitu taat menjalankan ibadahnya sebagai seorang Muslim meskipun dalam kondisi dan situasi yang paling sulit. Hal itu membuat Moss sangat kagum dan menghormati sahabat Muslimnya itu.

Kenangan kedua yang menyentuh hati Moss adalah sahabatnya yang ia kenal di pergaulan anak jalanan di Washington DC. Sahabat yang menurut Moss selalu dirundung masalah. Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa sahabatnya itu meninggal dunia. Moss dan beberapa teman datang ke rumah sahabatnya itu. Di kamar sahabatnya itu, Moss melihat banyak buku tentang Islam.

Saya melihat ia memiliki sesuatu. Dia berada di jalan untuk menuju ke satu arah yang besar. Ia tahu sesuatu yang saya tidak tahu. Saya ingin sekali tahu lebih banyak tentang jalan itu, tutur Moss tentang sahabatnya tersebut.

Masuk Islam

Ditanya kapan tepatnya ia resmi menjadi seorang Muslim, Moss akan diam dan berusaha mengingat kembali masa-masa remajanya sampai ia menjadi seorang mahasiswa jurusan jurnalistik dan film di Universitas Marquette, Wisconsin.

Ia mengaku tidak ingat betul tanggal berapa ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Yang ia ingat, kejadiannya ketika ia masih kuliah dan ia belajar Islam dari banyak sumber. Waktu itu, ia bekerja sebagai guru untuk anak-anak yang mengalami gangguan emosi dan menjadi komedian. Perjalanannya hidup yang sebenarnya, kata Moss, ia alami setelah mengucapkan syadahat dan menjadi seorang Muslim.

Selama masa kuliah, masuk Islam adalah sebuah pertempuran. Apakah saya akan mengikuti jalan ini atau saya tetap di jalan yang lama? Banyak sekali konflik dalam diri saya, kata Moss.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement