Jumat 22 Jul 2016 04:47 WIB

Islam, Terorisme, dan Kuasa Politik

Sejumlah prajurit TNI menyusuri jalan setapak dalam hutan untuk memburu kelompok Santoso di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/3).
Foto: Antara/edy
Sejumlah prajurit TNI menyusuri jalan setapak dalam hutan untuk memburu kelompok Santoso di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/3).

Islam, Terorisme, dan Kuasa Politik

Hermanu Joebagio

Guru Besar Sejarah Politik Islam Universitas Sebelas Maret

Nur Fatah Abidin

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

---------------

Kekerasan yang melanda dunia dewasa ini dibingkai identitas religius yang terdisain dan tersemai pada relung kehidupan demokrasi. Tindakan teroris di Brussels, Nice, Prancis, bom bunuh diri di Mapolres Surakarta adalah peristiwa menyedihkan di atas bangunan multikultural.

Menyitir pendapat Amartya Sen (2007), teror sejatinya konflik yang dibingkai identitas religius sebagai respons ketidakadilan. Teror sengaja diciptakan untuk memperoleh simpati dan dukungan dari basis identitas sama. Dengan modal itu, teror terus bergeser dari Timur Tengah menuju belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia dengan penduduk Muslim 80 persen.

Ada tiga tipologi terror, menurut Schmid dan Joungman (2005). Pertama, kekerasan di ruang publik untuk menciptakan ketakutan dan fenomena ini strategi penampilan diri. Tipologi kedua, agenda menyemai ikatan identitas dengan recruiting dan brainwash (cuci-otak). Tipologi ketiga, ketika semaian matang digunakan sebagai massa meraih kuasa politik dengan tindakan teror sistemik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement