Jumat 22 Jul 2016 04:47 WIB

Islam, Terorisme, dan Kuasa Politik

Sejumlah prajurit TNI menyusuri jalan setapak dalam hutan untuk memburu kelompok Santoso di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/3).
Foto:
Santri di Jawa (ilustrasi)

Grant Wardlaw (1981) membedakan teror dan terorisme. Teror adalah aktivitas kekerasan yang tidak dengan perangkat kerja sistematis. Terorisme merupakan gerakan terstruktur dan teroganisasi serta berkesinambungan untuk mewujudkan tujuan dengan teror sistemik.

Gerakan terorisme dilakukan tiba-tiba untuk memicu ketakutan massa. Terorisme tertua dilakukan sekte Sicarii dengan gerakan Zealot (66-73 M) yang memprovokasi masyarakat Yudea Palestina melawan Romawi.

Kesaksian Tome Pires (2014), awal Islamisasi di nusantara orang-orang Moor melakukan teror terhadap pemangku kuasa di pesisir utara Jawa. Teror itu untuk mendapatkan konsesi politik ekonomi. Dimungkinkan, teror sebagai safety first terhadap tujuan mengonversi Islam yang berisiko.

Implikasinya, tumbuh dua struktur kuasa politik, struktur politik kerajaan dan stuktur kekuatan pesantren. Fachry Ali (1996) menyebut “negara wali” dan indikasi itu dibenarkan Claude Guillot & Ludvik Kalus (2008) karena Sunan Kudus menyatakan diri sebagai panglima perang.

Represi Belanda terhadap Muslim memicu radikalisme abad ke-19. Meski tampak nuansa sporadis, tetapi menjadi embrio pergerakan nasional. Tumbuhnya gerakan transnasional Islam karena campur tangan Sjech Abdul al-Samad al-Palimbani yang memprovokasi pemangku kuasa melancarkan jihad fi sabilillah. Landasan berpikir Sjech sederhana, intervensi asing terhadap politik keraton dan penguasaan tanah pertanian yang merugikan petani.

Gerakan teror secara simbolik terindikasi dari perampokan harta dan pembunuhan tuan tanah J Moser dan J Jozes. Di balik peristiwa itu, ada kemiskinan struktural yang dihadapi petani Muslim.

Kemiskinan dirasakan juga oleh PB IX, sehingga mengutus Surasubrata membawa titah menggerakkan perlawanan di daerah periferal dan semiperiferal di wilayah kekuasaan Kasunanan. Tertangkapnya Mangkuwijaya, Jayaprawira, dan Tuskara, tokoh jaringan Surasubrata, tidak bisa diungkap siapa tokoh utamanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement