Ahad 25 Oct 2015 19:31 WIB

Wow....Jerman Tiba-Tiba Miliki 5 Juta Muslim

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Muslim Jerman
Muslim Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Riset Pew Research Center mencatat, tingkat alami kenaikan populasi Muslim di Jerman berkisar 1,6 persen per tahun atau 77 ribu jiwa.  Berdasarkan proyeksi ini, populasi Muslim Jerman diperkirakan sebanyak 5,785 juta pada akhir 2015.

Ada 5.068 ribu Muslim pada akhir 2014, ditambah 640 ribu migran yang telah tiba di Jerman, dikombinasikan dengan peningkatan alami sebesar 77 ribu jiwa. Jumlah ini berpotensi membentuk Jerman sebagai negara dengan populasi Muslim tertinggi di Eropa, lebih tinggi dari Prancis.

"Kami tiba-tiba memiliki 5 juta Muslim," kata Thomas Volk, seorang ahli Islam dari Konrad Adenauer Foundation, sebuah lembaga think tank yang berkaitan dengan Partai Merkel, Christian Democratic Union (CDU), dilansir dari Reuters.

Kendati menyimpan beberapa kekhawatiran dan gegar budaya, Kepala Kajian Islam Universitas Munster, Mouhanad Khorcide, menilai ini bisa menjadi "keberuntungan." "Islam di Jerman akan menemukan keragaman," kata Khorcide.

Corak Mazyek pun memprediksi bahwa ledakan demografi ini akan berpengaruh pada corak keagamaan Muslim Jerman.  "Islam bercorak Arab akan menjadi lebih tampak dan Muslim Jerman akan semakin berwarna," kata Aiman Mazyek.

Menurut seorang akademisi keturunan Suriah kelahiran Jerman, Lamya Kaddor, Islam di tengah masyarakat Suni Suriah bersifat "konservatif dan terbuka." Mereka terbiasa hidup di tengah masyarakat multiagama. Hal ini karena komposisi agama- agama di Suriah.

"Ada banyak agama berbeda, Kristen, Drize, Alewites, dan Syiah. Agama tidak pernah dikedepankan. Mereka sangat toleran," kata Kaddor dalam sebuah wawancara. Kaddor yakin Muslim Suriah dapat mengintegrasikan diri dengan mudah di tengah-tengah komunitas Muslim Jerman.

Radikalisasi Sebagian pihak masih menyimpan kekhawatiran terhadap radikalisasi yang mungkin akan menguat di tengah masyarakat, mengingat masuknya orang-orang yang tidak familiar dengan nilai-nilai Barat.  Pemuda-pemuda migran yang masih gegar rawan menjadi incaran kelompok radikal.

Namun, Kementerian Dalam Negeri menepis hal itu. Mereka menegaskan proporsi hal itu sangat kecil dan tidak ada alasan untuk khawatir.

Menurut pengamat Islam dari Bertelsmann Foundation, Yasemin El Menouar, risiko ini juga tereliminasi oleh fakta bahwa banyak pengungsi itu melarikan diri dari kelompok-kelom pok radikal di Suriah atau Irak.

"Mereka yang hidup di tengah kekejaman rezim Bassar Al Assad atau ISIS tidak ingin mendengar pembicaraan tentang pejuang Islam," kata Khorcide. Ia berpendapat, tantangan utama terletak pada integrasi sosial para pengungsi.

Sejauh ini Pemerintah Merkel menyatakan penerimaan yang baik terhadap imigran Muslim. Ia berulang kali mengingatkan para pengungsi untuk menghormati prin sip- prinsip kebebasan masyarakat dan supremasi hukum. Merkel juga mendesak sesama warga untuk menunjukkan toleransi bagi umat Islam. "Islam telah menjadi ba gian dari Jerman," kata Kanselir Jerman itu.

Namun, mengingat gerakan antimigran pernah memenangkan kursi di beberapa pemilu legislatif pada 1990-an setelah Jerman menerima gelombang pengungsi, Thomas Volk menyarankan Merkel harus memulai debat publik yang luas untuk mela wan prasangka terhadap Muslim.

"Kami harus berhati-hati. Kelompok populis bisa mengubah pengungsi menjadi isu yang menguntungkan mereka," kata dia.

Kala itu, Jerman menampung sejumlah besar pengungsi dari bekas negara Yugoslavia yang dilanda perang. Teriakan garang partai sayap kanan baru redup dengan adanya hukum suaka pada tahun 1993.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement