REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang yang kerap salah memahami keberadaan budaya dan agama. Bahkan, tidak sedikit orang yang lancang mencampur budaya dan agama yang kadang bertentangan.
Ketua Presidium Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI), Sabriati Aziz, menegaskan budaya yang sebuah bangsa tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama, terutama Islam. Pasalnya, itu merupakan penegasan konsep yang dibuat para pendiri bangsa terdahulu, sebagai pelindung dari budaya Indonesia.
"Budaya tidak boleh bertentangan dengan agama, itu amanah founding father dalam UU5 45 dan Pancasila sebagai bingkai budaya bangsa," kata Sabriati, di rapat pleno Wantim MUI, Rabu (20/4).
Ia mengaku resah dengan keberadaan budaya-budaya yang ada di Indonesia, baik lokal maupun barat, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan, Sabriati merasa pengaruh budaya global semakin merusak budaya bangsa, dan terus dihempaskan lewat liberalisme dan kapitalisme yang belakangan gencar ditebar di Indonesia.
Sabriati menilai HAM yang sebenarnya kebablasan, sering dijadikan tameng melancarkan masuknya pengaruh budaya perusak yang merusak budaya Indonesia yang Islami. Padahal, budaya Indonesia merupakan karakter dan jati diri bangsa, yang seharusnya dilindungi karena menjadi pembeda dari bangsa lain.
Untuk itu, ia menyarankan ada langkah Islamisasi budaya lokal, demi menghilangkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, salah satunya yang belakangan marak seperti LGBT. Sabriati sependapat kalau keluarga memang harus diteguhkan, sebagai penanggulangan kerusakan budaya bangsa yang terjadi di Indonesia.