REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana, pesantren dan pasar menjadi tiga titik sentral kebudayaan dan tradisi intelektual Islam dikembangkan. Ketiganya sekaligus merupakan pusat perkembangan kebudayaan dan peradaban.
Di tiga titik sentral itulah kegiatan penulisan kitab keagamaan, keilmuan, dan sastra dilakukan. Kitab-kitab yang ditulis ini diajarkan di lembaga pendidikan formal dan non-formal. Melalui pengajaran menggunakan kitab-kitab ini pandangan hidup (way of life), gambaran dunia dan sistem nilai Islam ditanamkan di lembaga-lembaga pendidikan yang ada.
Dalam hubungannya dengan kegiatan penulisan kitab keagamaan dan sastra misalnya, dan kepentingannya dalam menanamkan semangat keagamaan, masing- masing dari pusat kegiatan intelektual ini memiliki kecenderungan, kepentingan dan wawasan budaya yang berbeda-beda. Lahirnya genre sastra yang berbeda-beda dari masing-masing pusat kegiatan intelektual itu pula berkaitan dengan peranan ketiganya dalam penyebaran agama dan pengembangan kebudayaan Islam. Tetapi ini tidak berarti ketiganya terpisah sehingga tidak ada interaksi dan saling mempengaruhi.
Istana di Dunia Muslim Membaur dengan Rakyat
Kota-kota Melayu, ketika agama Islam berkembang pesat, dibangun mengikuti model yang telah berkembang di negeri Arab dan Persia. Felstinsky mengatakan bahwa kota-kota Islam ini berbeda dengan kota-kota lama di Eropa yang menempatkan istana sebagai bagian yang terpisah dari keseluruhan tatanan kehidupan kota.