Senin 26 Feb 2018 13:27 WIB

Hancurnya Peradaban Islam dan Ekspansi Genghis Khan

Dari abu reruntuhan itulah peradaban Islam bangkit kembali.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Patung ksatria Mongolia dan Genghis Khan di wilayah Inner Mongolia.
Foto: telegraph
Patung ksatria Mongolia dan Genghis Khan di wilayah Inner Mongolia.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Geliat peradaban Islam di Asia pada abad ke-13 dapat diibaratkan dengan burung Feniks (Phoenix) dari mitologi Yunani Kuno. Paruh pertama kurun tersebut, pusat-pusat keunggulan Islam, seperti Bukhara, Samarkand, atau Baghdad, luluh lantak sama sekali akibat ekspan si para penakluk asal Mongol, Genghis Khan dan keturunannya.

Akan tetapi, dari abu reruntuhan itulah peradaban Islam bangkit kembali dan bahkan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Momentum itu terjadi setelah raja-raja Mongol mulai menerima dakwah agama ini. Di masa jayanya, Imperium Mongol mengen dalikan sebagian besar Eurasia. Batas-batasnya mencapai Eropa Timur hingga Semenanjung Korea, serta Siberia hingga Indocina.

Sejarah tidak pernah menyaksikan kemaharajaan seperti itu sebelumnya. Kedigdayaan Mongol ditunjang banyak faktor, utamanya militer, teknologi bubuk mesiu, dan sistem pemerintahan yang efisien. Barulah sejak 1920, kekaisaran ini runtuh terkena imbas kolonialisme Eropa.

Beatrice Forbes Manz dalam artikelnya untuk The New Cambridge History of Islam (Jilid Ketiga, 2011), menjelaskan bagaimana Imperium Mongol mengubah wajah Islam untuk selamanya. Kisahnya bermula dari Genghis Khan (1162-1227). Sejak 1205, pemimpin yang lahir dengan nama Temujin ini dapat mempersatukan suku-suku nomaden yang menghuni dataran tinggi Mongol.

Menjelang tahun 1216, ekspansi balatentaranya mulai bergerak ke arah barat, sekitar Jalur Sutra yang menghubungkan per niagaan Cina dengan Eropa. Pada masa itu, seluruh Iran dan sebagian besar Asia Tengah dikuasai beberapa wangsa Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement