REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Di tengah meningkatnya spekulasi bahwa Washington akan berpartisipasi dalam perang Israel terhadap Iran, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan membunuh Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei dan menuntut Teheran untuk menyerah tanpa syarat.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai implikasi dari kemungkinan tindakan AS terhadap jalannya krisis dan pengambil keputusan di Teheran.
Berlawanan dengan laporan sebelumnya bahwa ida menolak rencana Israel sebelumnya untuk membunuh Khamenei karena takut terlibat dalam perang regional, Trump menggambarkan pemimpin Iran itu sebagai "sasaran empuk".
Ini mengindikasikan, dalam sebuah unggahan di platform Truth Social kemarin, Selasa (17/6/2025), bahwa Washington tahu persis di mana dia bersembunyi, tetapi tidak berniat untuk menargetnya saat ini.
Ketika militer Amerika Serikat memindahkan senjata strategis tambahan ke Timur Tengah, Trump memperingatkan dalam unggahannya bahwa kesabaran Amerika hampir habis.
Ini sebelum meminta Iran untuk menyerah tanpa syarat dalam unggahan kedua yang diterbitkan hanya tiga menit setelah dia mengancam untuk "melikuidasi" Khamenei, yang mencerminkan eskalasi dalam retorika Amerika Serikat.
BACA JUGA: ‘Ini Baru Iran, Bagaimana Jika Seluruh Arab Bertindak, yang Bilang Perang Pura-pura Fix Buta Hati’
Invasi Khaibar
Ancaman implisit ini muncul setelah serangkaian pembunuhan yang dilakukan oleh Israel sejak fajar Jumat lalu terhadap beberapa pemimpin militer senior dan ilmuwan nuklir di Iran, mengikuti strategi yang biasa dilakukan terhadap para pemimpin militer dan politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas dan Hizbullah Lebanon.
Ketika Trump memberikan pilihan kepada pemimpin Iran antara menyerah tanpa syarat atau maju ke medan perang untuk mendukung Israel, tanggapan Khamenei datang langsung dari Khamenei, yang menegaskan: "Kami tidak akan pernah melakukan tawar-menawar dengan Zionis, dan kami harus bertindak tegas terhadap entitas teroris Zionis."
View this post on Instagram