REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penunjukan Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa, sebagai Penjabat (PJ) Ketua Umum PBNU dalam Rapat Pleno PBNU menjadi langkah awal ikhtiar penyatuan kembali tubuh organisasi terbesar di Indonesia itu. Dalam rapat pleno itu, Kiai Zulfa dinilai sah untuk menggantikan posisi KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU yang telah diberhentikan Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.
Usai ditetapkan, Kiai Zulfa menegaskan bahwa tugas pertamanya adalah melakukan normalisasi organisasi dan membangun komunikasi intensif dengan seluruh elemen NU, baik struktural maupun kultural.
“Langkah awal secepatnya dalam rangka normalisasi organisasi, pasti akan ada komunikasi-komunikasi intensif kepada seluruh pihak yang kemarin kita tahu ada sedikit perbedaan baik itu kiai-kiai kultural, termasuk struktural, itu langkah awal yang paling awal,” ujar Kiai Zulfa seusai rapat pleno.
Ia memastikan rapat gabungan Syuriah dan Tanfidziyah juga akan digelar pada Sabtu mendatang untuk membahas arah kebijakan ke depan. “Di hari Sabtu akan ada rapat gabungan Syuriah dan Tanfidziyah. Itu akan menjelaskan dan menetapkan program-program ke depan yang lebih konkret,” kata dia.
Di tempat yang sama, Rais Syuriah PBNU yang memimpin jalannya rapat, Prof Mohamad Nuh menyampaikan empat program utama yang akan menjadi fokus kerja PJ Ketum PBNU. Pertama, konsolidasi internal organisasi guna memastikan soliditas seluruh struktur NU.“Itu satu keharusan, soliditas organisasi,” ucap Prof Nuh.
Kedua, percepatan capaian kinerja, baik di tingkat pusat maupun wilayah dan cabang. Prof Nuh menegaskan bahwa berbagai program strategis PBNU dan amanat Muktamar Lampung harus berjalan optimal.




