REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Arab Saudi memperluas kerja sama pariwisata melalui pengembangan sumber daya manusia (SDM), pertukaran wisatawan, hingga investasi destinasi. Mantan Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal Pariwisata PBB, Anita Mendiratta menyatakan, kesamaan nilai dan spiritualitas menjadi fondasi yang membuat hubungan pariwisata kedua negara yang memiliki kekuatan unik.
Anita menyebut, kerja sama itu bukan hanya berorientasi ekonomi, tetapi berakar pada kedekatan budaya dan religius. "Islam adalah fondasi kedua negara, dan ini membuka Indonesia dan Arab Saudi sebagai pintu gerbang satu sama lain untuk mengeksplorasi budaya dan agama melalui banyak komunitas," kata Anita dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Dia menekankan, penguatan infrastruktur, penambahan rute penerbangan, dan penyediaan layanan perhotelan yang menghormati budaya akan menjadi katalis pertumbuhan bersama. Menurut Anita, Indonesia menjadi salah satu sumber jamaah umroh terbesar di dunia, sekitar 240 ribu orang berkunjung ke Arab Saudi sepanjang 2024.
Tingginya angka mobilitas itu bukan sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga membuka ruang interaksi budaya serta potensi wisata dua arah. "Umroh adalah undangan bagi masyarakat Indonesia untuk menemukan Arab Saudi, tidak hanya melalui ritual, tetapi juga melalui pembangunan dan perubahan yang sedang berlangsung di sana," ucap Anita.
Menurut dia, interaksi jamaah Indonesia dengan komunitas lokal Saudi dapat memicu minat warga Saudi untuk berkunjung ke Indonesia. Anita mengatakan, ketika masyarakat Arab Saudi melihat kedatangan jamaah Indonesia, terjadi pertukaran manusiawi yang mendalam. "Ini membuat mereka menemukan alasan mengapa mereka juga ingin mengunjungi tempat tinggal masyarakat Indonesia," ujarnya.
Arab Saudi kini sedang menjalankan transformasi besar melalui Vision 2030 untuk mendiversifikasi ekonomi dan menjadikan pariwisata sebagai pilar utama. Sektor itu tumbuh pesat, bahkan mencapai pertumbuhan 102 persen pascapandemi Covid-19, menjadikannya studi kasus global.
Anita menilai, keberhasilan Arab Saudi bukan semata terletak pada jumlah kunjungan, tetapi pada kualitas dampaknya bagi masyarakat. Proyek-proyek raksasa, seperti Al Ula, yang dibangun dengan model pelibatan komunitas lokal, merupakan contoh nyata bagaimana destinasi dapat berkembang tanpa kehilangan identitas sosial dan budaya.
"Keberlanjutan bukan hanya lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, dan budaya. Di sinilah Indonesia dan Arab Saudi bisa menjadi mitra sejati," ucap Anita. Dalam konteks Vision 2030, Indonesia berpotensi menjadi mitra strategis sekaligus sumber inspirasi dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan Arab Saudi.




