Rabu 12 Nov 2025 11:12 WIB

Tangis Haru Kaum Anshar, Betapa Dalam Cinta Nabi pada Mereka

Kaum Anshar diingatkan tentang cinta Nabi SAW kepada mereka.

Kubah Hijau Masjid Nabi di Masjid Nabawi, Sabtu (11/5/2024).
Foto: Karta/Republika
Kubah Hijau Masjid Nabi di Masjid Nabawi, Sabtu (11/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atas izin Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW akhirnya dapat membebaskan Kota Makkah pada tahun kedelapan Hijriah. Peristiwa yang masyhur dengan sebutan Fathu Makkah itu mengawali babak baru dalam sejarah Islam.

Sejak saat itu, Makkah merdeka dari kemusyrikan. Ini menjadi awal mula bagi seluruh Jazirah Arab pada masa Rasulullah SAW untuk menerima Islam.

Baca Juga

Bagi Nabi SAW, Fath Makkah juga berarti kembalinya beliau ke tengah masyarakat kampung halamannya. Beliau pun menjadi pemimpin mereka.

Nabi SAW berdiri di Bukit Safa. Beliau berdoa sesudah seluruh berhala-berhala di Ka'bah dihancurkan. Sementara itu, orang-orang Ansar, yakni Muslimin yang adalah penduduk asli Madinah, justru merasa gelisah.

Sebab, mereka khawatir kalau Nabi SAW sesudah Fath Makkah tak akan kembali ke Madinah. Mereka risau bila Nabi SAW, lantaran begitu sayang pada kota kelahirannya, memutuskan untuk menetap di Makkah.

Sebagian dari kaum Anshar juga mengira, Nabi SAW telah mengunggulkan orang Makkah dibanding mereka. Berkata satu sama lain, ''Bagaimana pendapatmu, setelah Allah memberi kemenangan, mungkinkah Rasulullah akan menetap di kampung halamannya sendiri?''

***

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Beberapa waktu usai Fath Makkah, Perang Hunain terjadi. Dalam kancah pertempuran ini, Muslimin sukses menuai kemenangan.

Nabi SAW kemudian memberikan rampasan perang kepada tokoh-tokoh Muslim yang adalah bekas musuh-musuh beliau dahulu, sebelum Fath Makkah. Mereka, para pemuka Quraisy itu, dahulu begitu bengis memerangi Islam. Kini, mereka adalah mualaf.

Peristiwa itu disaksikan kaum Ansar. Muslimin Madinah itu lantas mengira, Rasulullah SAW benar-benar telah mengutamakan masyarakat kampung halamannya sendiri.

Akhirnya, desas-desus ini sampai ke telinga Nabi SAW. Melalui Sa'ad bin Ubadah, beliau meminta seluruh kaum Anshar untuk berkumpul di suatu lembah dekat perbatasan Makkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement