REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam tradisi masyarakat Muslim Sunda, sebutan mama berarti ‘bapak.’ Biasanya, panggilan itu disematkan kepada seorang tokoh ulama, setara dengan gelar ajengan atau kiai.
Di antara tokoh alim Sunda yang paling berpengaruh ialah Mama Sempur. Julukan ini merujuk pada sosok KH Tubagus Ahmad Bakri, seorang ulama besar dari daerah Purwakarta, Jawa Barat.
Ia lahir pada 1839 M dari pasangan Syekh Tubagus Sayida dan Umi. Kakeknya dari jalur ayah, Tubagus Arsyad al-Bantani, merupakan mufti Kesultanan Banten. Silsilahnya juga sampai pada Sunan Gunung Jati dan bahkan Nabi Muhammad SAW melalui Sayyidina Husain bin Ali.
Dalam rihlah keilmuannya, Mama Sempur alias KH Tubagus Ahmad Bakri pernah berguru kepada sejumlah alim ulama. Di antaranya adalah Sayyid Utsman bin Aqil bin Yahya (Betawi), KH Soleh Darat (Semarang), Syekh Ma’sum bin Ali, Syekh Soleh Benda (Cirebon), Syekh Syaubari, dan KH Kholil Bangkalan (Madura).
Ahmad Bakri juga merantau ke Tanah Suci untuk menuntut ilmu. Di sana, ia berguru pada sejumlah ulama besar. Sebut saja, Syekh Ahmad Khatib, Syekh Mahfudz Tremas, Syekh Nawawi al-Bantani, dan Syekh Shalih al-Kaman (mufti mazhab Hanafi).
Ia juga menuntut ilmu pada Syekh Sholih Bafadhol al-Hadhromi, Syekh Sholih al-Kamal, Syekh Ali Al-Kamal al-Hanafi, Syekh Jamal al-Maliki, Syekh Ali bin Husain al-Maliki, Sayyid Hamid, dan Tuan Ahmad Khotib.
View this post on Instagram