Rabu 22 Oct 2025 06:30 WIB
Liputan Khusus Hari Santri Nasional

Best Practices Pesantren Menggerakkan Ekonomi

Tak hanya belajar, santri pesantren juga berbisnis secara profesional.

Sejumlah santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Foto: Antara
Sejumlah santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara tumpukan kitab kuning yang menjadi santapan harian, para santri Sidogiri juga akrab dengan deretan rak berisi sembako, minuman, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Bukan sebagai pembeli biasa, melainkan sebagai penggerak roda ekonomi yang berputar di Swalayan Basmalah.

Jaringan ritel modern Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Sidogiri itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan anggota pondok dan masyarakat sekitar, sekaligus menjadi salah satu unit usaha koperasi pesantren yang berkembang pesat.

Baca Juga

Berlandaskan pada prinsip syariah, nama "Basmalah" yang merupakan akronim dari barokah, syariah, dan maslahah, dengan motto "Tempat Belanja yang Baik, ritel ini berhasil memberikan manfaat ekonomi sehingga berdampak kepada keberlanjutan pesantren dan menyerap tenaga kerja.

Pengelolaan ritel ini berfokus pada strategi yang matang, termasuk standarisasi operasional, penerapan etika bisnis Islami, dan pengembangan sumber daya manusia yang mayoritas dari lulusan pesantren.

Keberhasilan ini didorong oleh komitmen tinggi dari para karyawan yang memiliki motivasi untuk berkontribusi pada ekonomi umat, serta strategi kemitraan yang melibatkan anggota koperasi dan UMKM lokal.

Pagi hari, usai mengaji dan Sholat Subuh berjamaah, sebagian santri tidak langsung kembali ke kamar, melainkan bergegas menuju toko. Ada yang sibuk menyusun barang, memeriksa stok, hingga melayani pelanggan dengan senyum ramah.

Di bawah pengawasan koperasi pesantren, para santri ini belajar mengelola bisnis ritel modern, mulai dari pencatatan barang masuk dan keluar, manajemen keuangan, hingga etika melayani konsumen. Setiap transaksi bukan sekadar jual beli, melainkan praktik langsung dari ilmu ekonomi syariah yang mereka pelajari di madrasah.

Mereka bukan sekadar berjualan, melainkan sedang belajar tentang kemandirian. Di pesantren ini, berdagang bukan hal sampingan, melainkan bagian dari tradisi keilmuan dan spiritual: “berusaha tanpa meninggalkan tawakal.”

Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Sidogiri telah menjadi legenda. Didirikan pada 1961, kini jaringan bisnisnya meluas ke unit simpan pinjam, toko grosir, hingga lembaga keuangan mikro syariah. Keuntungan usaha ini kembali ke pesantren untuk menopang pendidikan ribuan santri. Juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan memberdayakan mereka mengelola Basmalah.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement