Rabu 08 Oct 2025 23:55 WIB

Festival Qasidah Media Dakwah dan Syiar Islam

Festival qasidah menjadi kearifan yang harus terus dilestarikan.

Ilustrasi qasidah.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi qasidah.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan Festival Qasidah Masyarakat Pelajar menjadi media dakwah dan syiar Islam, serta hiburan alternatif yang memiliki nilai religi.

"Festival Qasidah Masyarakat Pelajar menjadi kebanggaan di tengah gempuran hiburan dari luar di era saat ini," kata Wakil Wali Kota Mataram TGH Mujiburrahman di Mataram, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Qasidah adalah seni musik Islam yang berisi syair-syair bertema keagamaan, seperti puji-pujian kepada Allah SWT, salawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta nasihat dan dakwah Islam. Qasidah sering diiringi dengan alat musik tradisional, terutama rebana, dan disajikan dalam bentuk nyanyian.

Dia mengatakan hal tersebut terkait dengan sukses Pemerintah Kota Mataram menggelar Festival Qasidah Masyarakat Pelajar se-Kota Mataram 2025. Festival itu dilaksanakan oleh Lembaga Seni Qasidah Indonesia Nusantara Jaya (Lasqi NJ) di Taman Sangkareang Kota Mataram, Sabtu (4/10) pagi hingga malam yang diikuti 22 grup kasidah di daerah itu.

Ia menjelaskan festival tersebut bukan sekadar ajang perlombaan seni Islami, akan tetapi sarana dakwah, ruang edukasi, sekaligus wahana silaturahim.

"Ajang itu mampu mempertemukan generasi muda, orang tua, dan masyarakat luas dalam satu majelis seni yang sarat nilai religius, moral, dan budaya," katanya.

Ia mengatakan kasidah bukan hanya hiburan, akan tetapi juga sarana dakwah, ruang edukasi, dan wahana komunikasi yang mampu mempertahankan seni islami serta budaya yang merupakan warisan leluhur.

Selain itu, kasidah bisa menjadi ruang ekspresi kreatif yang dikemas secara modern dengan aransemen segar dan penampilan menarik.

Kasidah merupakan bagian dari identitas budaya islami yang menyampaikan pesan kebaikan dengan cara indah, menyentuh hati, sekaligus mengajarkan disiplin, kekompakan, saling menghormati, memperkuat keimanan, dan membentuk akhlak mulia.

Ia juga menilai Festival Qasidah tahun ini terasa istimewa karena melibatkan bukan hanya masyarakat umum, melainkan juga kalangan pelajar.

"Itu menunjukkan bahwa kasidah bukan hanya milik generasi terdahulu, tetapi juga generasi muda," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia berharap kepada remaja, pelajar, serta generasi milenial dan Gen Z agar menjadikan kasidah sebagai ruang ekspresi kreatif yang relevan dengan perkembangan zaman.

Gen Z, atau Generasi Z, adalah kelompok demografis yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya di era digital, yang membuat mereka sangat akrab dengan internet, media sosial, dan perangkat digital sejak usia dini. 

Pasalnya, katanya, kasidah bisa dikemas lebih modern dengan aransemen musik yang segar, gaya penampilan yang menarik, dan bahkan kolaborasi dengan teknologi digital, namun tetap menjaga nilai islami yang luhur.

"Kasidah tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan dicintai lintas generasi," katanya.

Ia juga memberikan apresiasi kepada ketua dan seluruh jajaran Lasqi NJ Kota Mataram yang telah berhasil menampilkan seni kasidah dengan aransemen yang lebih modern, tanpa mengubah keaslian kesenian itu.

"Itu sesuai dengan apa yang dipesankan oleh para tokoh agama, yakni jikalau jiwa itu sudah mencapai titik jemu, maka yang bisa memperbaikinya adalah mengubah menjadi lebih baru atau diperbaharui," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement