REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media Israel pada Sabtu berusaha menenangkan diri menyusul malam penuh badai setelah Hamas menerima rencana Presiden AS Donald Trump guna mengakhiri perang di Jalur Gaza, yang disambut baik oleh Trump.
Ada kebingungan yang meluas di kancah politik dan media Israel dan tanggapan pers Israel serta koresponden militer dan politiknya terfokus pada fakta bahwa apa yang terjadi bukanlah penerimaan oleh Hamas, melainkan negosiasi baru tentang sebagian besar ketentuan dari inisiatif Trump.
Terperangkap dalam jebakan
Salah satu jurnalis paling terkenal di Israel, Barak Ravid, koresponden untuk Channel 12, Walla dan Axios, mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menyangka respons Trump.
Walla juga mencatat bahwa Netanyahu dan para penasihatnya sedang merumuskan tanggapan terhadap pernyataan Trump.
Menurut saluran resmi Kan TV, Trump mendiskreditkan Israel, yang kini tidak dapat lagi mempunyai pilihan selain menerima tanggapan Hamas.
Amir Bahbat, koresponden militer untuk Walla, mengatakan apa yang dilakukan Hamas saat ini "merupakan bagian dari perang psikologis dengan mengalihkan beban dilema kepada Israel dan Amerika Serikat."
Dia juga mengatakan, "Seingat saya, Trump mengatakan jawabannya adalah ya: Ya atau tidak, sebentar lagi kita akan tahu apakah Trump memiliki kata-kata yang tegas."
Koresponden militer mengkritik pernyataan Trump, dengan mengatakan, "Trump merayakan seolah-olah Hamas menyetujui proposal tersebut 100 persen... ini bukan kenyataannya."