Jumat 03 Oct 2025 11:18 WIB

Isu Air dan Lingkungan di Balik Bab Thaharah yang Selalu Mengawali Pembahasan Fikih Klasik

Persoalan lingkungan kini menjadi tantangan besar umat.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wisatawan mengunjungi Panorama Air Terjun Tumpak Sewu di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (7/12/2024). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan memperkuat kampanye Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI) serta mendorong pemerintah daerah bersama industri dan pihak lainnya agar aktif berinovasi dalam membuat paket wisata untuk mengejar target pergerakan wisatawan nasional di 2025 yang mencapai 1,08 miliar wisatawan nusantara dan 17 juta-18 juta wisatawan mancanegara di 2025 dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 4,6 persen hingga devisa pariwisata mencapai 22,1-25,2 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Wisatawan mengunjungi Panorama Air Terjun Tumpak Sewu di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (7/12/2024). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan memperkuat kampanye Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI) serta mendorong pemerintah daerah bersama industri dan pihak lainnya agar aktif berinovasi dalam membuat paket wisata untuk mengejar target pergerakan wisatawan nasional di 2025 yang mencapai 1,08 miliar wisatawan nusantara dan 17 juta-18 juta wisatawan mancanegara di 2025 dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 4,6 persen hingga devisa pariwisata mencapai 22,1-25,2 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID,WAJO — Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag), Amien Suyitno menegaskan pentingnya menjadikan isu air dan lingkungan sebagai perhatian utama peserta Halaqah Internasional yang digelar sebagai rangkaian acara Musaqah Qira'atil Kutub (MQK) Internasional 2025.  

Forum tersebut mengangkat tema “Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats”. Dalam sambutannya, Amien mengaitkan urgensi air dengan pembahasan fikih klasik yang selalu diawali dengan bab thaharah (bersuci). 

Baca Juga

Menurut dia, hal itu bukan sekadar persoalan najis, melainkan menunjukkan betapa vitalnya air dalam kehidupan manusia, baik dari sisi spiritual maupun ekologis.

“Saya teringat, dari fikih klasik hingga modern hingga semua kitab fikih pasti dimulai dengan bab thaharah. Itu menunjukkan betapa pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Air bukan hanya urusan ibadah, tapi juga menyangkut kelestarian lingkungan,” ujar dia dalam sambutannya di Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10/2025) malam.

Ia menegaskan, persoalan lingkungan seperti climate change dan global warming kini menjadi tantangan besar umat. Karena itu, ia mendorong reaktualisasi konsep maqasyid  syariah atau addaruriyat al-khams agar bisa dikontekstualisasikan dengan kebutuhan zaman, termasuk dalam menjaga sumber daya alam.

“Kalau kebutuhan air bisa kita tempatkan sebagai bagian penting dari menjaga lingkungan, maka bisa jadi itulah alasan para fuqaha mendahulukan bab thaharah. Karena sumber air hanya mungkin tersedia jika lingkungan tetap lestari,” ucap dia. 

Amien berharap halaqah internasional ini bisa melahirkan gagasan segar dan solusi brilian yang dapat menjadi rujukan bagi kementerian maupun lembaga dalam merumuskan kebijakan lingkungan ke depan.

Ia juga menekankan, pentingnya kehadiran agama dalam menjawab persoalan nyata masyarakat. Menurut dia, agama tidak cukup dipahami hanya sebagai hubungan vertikal (hablumminallah), tetapi juga harus berkontribusi pada isu-isu sosial-ekologis yang menyentuh kepentingan publik.

“Agama harus dikontekstualisasikan sesuai zamannya. Seperti yang sering disampaikan Bapak Menteri Agama, kita perlu membangun ekoteologi, yaitu bagaimana agama berkontribusi pada penyelesaian masalah lingkungan,” kata Amien.

Halaqah Internasional ini mempertemukan para ulama, akademisi, dan santri dari berbagai daerah untuk mendiskusikan relevansi turats (khazanah keilmuan klasik Islam) dalam merespons tantangan ekologis kontemporer.

photo
Seorang warga menggunakan air untuk berwudhu di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (29/4/2024). Masjid Istiqlal menjadi salah satu masjid berkonsep ramah lingkungan dengan adanya instalasi pengolahan limbah air wudhu untuk turut menjaga lingkungan dan mengurangi kerusakan dalam jangka panjang serta mampu menghemat 36 persen penggunaan air. - (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement