REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Badan Gizi Nasional (BGN), bahwa hingga 22 September 2025 tercatat adanya 4.711 jumlah kasus bakteri dalam makanan yang terdistribusi. Dengan pembagian tiga wilayah, yang secara keseluruhan kurang lebih 45 lokasi sepanjang dimulainya program ini.
Namun, hal ini langsung direspons oleh Presiden Prabowo setelah kepulangan dari lawatan luar negeri. Dalam pernyataanya, Presiden Prabowo tidak menutup mata bahwa terjadi persoalan. Namun dirinya optimis hal ini bisa terselesaikan dengan baik.
“Ini masalah (program) besar jadi pasti ada kekurangan di awal, Tapi, saya juga yakin bahwa kita akan selesaikan dengan baik.” Papar Prabowo, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (27/9/2025).
Menanggapi hal tersebut, Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj Institute menilai bahwa program MBG perlu untuk terus dijalankan.
“Bagi saya, MBG ini bukan janji politik, ini misi peradaban masa depan Indonesia. Justru, kita sebagai masyarakat sipil perlu berperan aktif untuk menyukseskan MBG. Kita perlu secara bijak melihat dampak positif dari program MBG ini,” ujar Abi Rekso, Rabu (1/10/2025).
Abi Rekso juga menekankan bahwa, program MBG adalah komitmen pemerintah untuk pemenuhan hak mendapatkan makanan. Tanpa mengabaikan angka korban terpapar bakteri sekitar 5.000 kasus, berbanding 31 juta penerima manfaat. Artinya persoalan yang ada sekitar 0,0001% dari 9.615 SPPG yang beroperasi.
“Kita perlu yakin dan optimis bahwa kesuksesan program MBG kelak, tidak hanya pemenuhan gizi kepada anak-anak Indonesia. Melainkan, terbentuknya rantai pasok berbasis ketahanan pangan, serta pangan berkualitas dengan harga terjangkau. Ini benar-benar mulia, sebagai misi peradaban Indonesia," ujar Abi Rekso.