REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Jangan sekalipun meremehkan atau memandang rendah seorang yang bertugas merawat dan membersihkan masjid. Di Sumatra, seorang yang bertugas itu disebut garin atau kalau di pulau Jawa disebut marbot.
Bahkan, kita dianjurkan untuk memuliakannya. Alkisah, dizaman Nabi Muhammad SAW hiduplah seorang perempuan tua berkulit hitam dan miskin. Muslimah yang solehah itu bernama Ummu Mihjan. Sebuah riwayat sahih menyebutkan, ia adalah penduduk kota Madinah.
Ketika banyak kaum Muslim berlomba-lomba menyumbangkan hartanya untuk syiar Islam, Ummu Mihjan bersedih hati. Dalam hatinya, dia ingin berbuat serupa. Tapi apa daya, kemiskinan serta usia tua seolah menghalanginya. Tapi tekadnya sudah bulat, ia harus melakukan sesuatu yang bisa dilakukan demi tegaknya agama Allah SWT.
Lalu, Ummu Mihjan berinisiatif untuk menjaga kebersihan masjid Rasulullah SAW. Setiap hari, ia menyapu halaman dan ruangan dalam masjid, mengumpulkan serta membuang sampah, dan banyak lagi.
Hal itu dilakukan karena dia sadar keutamaan masjid sebagai tempat ibadah umat Islam. Di masa itu, masjid berperan vital dalam pengembangan syiar agama, mempererat ukhuwah, merancang strategi perang, dan pembinaan aspek sosial kemasyarakatan.
Sehingga, kebersihan masjid harus betul-betul dijaga. Terlebih lagi, segenap umat Islam, termasuk Ummu Mihjan tahu di masjidnya, Rasulullah senantiasa memimpin sholat berjamaah, juga menggelar majelis ilmu untuk menyampaikan wahyu serta hadits kepada para sahabat.
Karenanya, Ummu Mihjan pun tidak merasa minder atau rendah diri dengan apa yang dilakukannya. Justru sebaliknya, Rasulullah senantiasa memberikan perhatian yang besar kepadanya.