REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dua tahun setelah meletusnya serangan besar Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, suara solidaritas untuk Gaza semakin bergema di seluruh dunia.
Direktur Baitul Maqdis Institut Ustadz Fahmi Salim menegaskan, Palestina kini bukan sekadar isu politik atau regional, melainkan simbol kemanusiaan universal.
Menurutnya, gema solidaritas di Berlin, Roma, London, Paris, New York, Seoul, Den Haag, Brussel, hingga Jakarta menunjukkan satu hal, yakni suara Gaza adalah suara kemanusiaan.
"Bukan lagi hanya teriakan politik atau jargon perlawanan, melainkan seruan nurani: Suara Gaza adalah suara kemanusiaan. Ia melampaui sekedar tuntutan pengakuan negara Palestina merdeka," kata Fahmi melalui keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Senin (29/9/2025).
"Gaza telah menjadi simbol universal tentang penderitaan, keberanian, dan keteguhan hati "Sumud" rakyat Palestina yang tak sudi menyerah kepada penindasan," ujarnya.
Menurutnya, tragedi panjang yang menimpa rakyat Palestina telah menggugah nurani dunia.
Dari anak-anak yang kehilangan rumah dan anggota tubuhnya, para ibu yang menjadi korban bombardir, hingga pejuang dan pemimpin perlawanan yang gugur syahid, semua itu menorehkan luka kolektif yang tak bisa lagi diabaikan.
“Ketika anak-anak Gaza kehilangan rumah dan sekolahnya, bahkan kaki dan kepalanya lepas dari tubuh mungil sebagian mereka, ketika perempuan dan ibu menyusui menjadi korban bombardir, ketika para pemimpin perlawanan gugur syahid, ketika mayat-mayat terlempar ke udara akibat ledakan dahsyat bom, maka setiap hati nurani di dunia pun terusik. Gaza adalah kita,” jelasnya.
