Senin 29 Sep 2025 16:04 WIB

Halal Indo 2025 Catat Rp7,7 Miliar, Tantangan UMKM Halal Masih Menganga

Pameran Halal Indo 2025 diikuti lebih dari 300 peserta.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Hafil
Pameran industri halal (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Pameran industri halal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Pameran Halal Indo 2025 resmi berakhir di ICE BSD, Tangerang, Ahad (28/9/2025) dengan capaian transaksi Rp7,7 miliar dan komitmen investasi Rp7,2 triliun. Acara ini diklaim sebagai momentum mendorong Indonesia menjadi pusat industri halal dunia.

“Saya senang sekali, bangga sekali dengan Halal Indo 2025 yang jauh lebih baik, meriah dan lebih sukses dari Halal Indo 2024,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian RI, Eko S.A. Cahyanto dalam keterangan dikutip Senin (29/9/2025).

Baca Juga

Namun, jika dibandingkan dengan potensi pasar halal dunia, capaian Rp7,7 miliar itu masih sangat kecil. Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/25 mencatat belanja konsumen Muslim untuk makanan halal mencapai 1,43 triliun dolar AS atau sekitar Rp22.165 triliun pada 2023, dan diproyeksikan meningkat menjadi 1,94 triliun dolar AS atau sekitar Rp30.070 triliun pada 2028.

Project Manager Halal Indo 2025, Ismi Puspita berharap capaian ini bisa mendorong pertumbuhan industri halal lebih pesat. “Capaian ini juga menunjukan bahwa Indonesia siap menjadi pemain utama industri halal di dunia,” katanya.

Indonesia kini menempati peringkat kedua Global Islamic Economy Indicator (GIEI) 2024/25, di bawah Malaysia. Kekuatan Indonesia ada pada sektor modest fashion dan wisata ramah Muslim.

Meski begitu, integrasi ekonomi syariah nasional masih menghadapi banyak kendala. Kepala Center for Sharia Economic Development (CSED) Indef, Nur Hidayah, menilai pangsa pasar keuangan syariah masih kecil, hanya sekitar 7 persen dari total nasional.

Nur juga menyoroti dana sosial Islam yang belum optimal, program prioritas yang belum terintegrasi dengan narasi syariah, hingga implementasi daerah yang belum merata. Di Aceh, zakat sudah jadi pendapatan asli daerah, sedangkan di wilayah lain masih sebatas imbauan.

Dari sisi pelaku usaha, UMKM halal yang jumlahnya mencapai 66 juta unit belum mampu maksimal masuk rantai pasok global. Padahal, sektor ini menyumbang 61 persen PDB nasional serta menyerap 97 persen tenaga kerja.

Data Indef menunjukkan Indonesia masih lebih banyak mengimpor produk halal dengan nilai 30,3 miliar dolar AS, sementara ekspornya hanya 13,38 miliar dolar AS. Kondisi ini menunjukkan potensi besar yang belum tergarap.

Hambatan utama bagi UMKM halal adalah sertifikasi halal yang rumit, akses terbatas ke Kawasan Industri Halal (KIH), dan koordinasi lintas kementerian yang belum terintegrasi. Padahal, pasar halal global diperkirakan bernilai lebih dari 3 triliun dolar AS dalam beberapa tahun ke depan.

Pameran Halal Indo 2025 diikuti lebih dari 300 peserta dari 11 negara dengan ragam kegiatan mulai dari forum bisnis, penghargaan industri halal, hingga pertunjukan musik. Tantangan berikutnya adalah memastikan capaian ini benar-benar memperkuat ekosistem halal nasional, terutama bagi UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement