Selasa 21 Oct 2025 12:41 WIB

Sholat Lima Waktu Bagi Orang Beriman dan Orang Munafik

Sholat lima waktu bukan sekadar kewajiban, melainkan sumber ketenangan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
ilustrasi Pria sedang melakukan tasyahud akhir dalam sholat
Foto: Republika/Daan Yahya
ilustrasi Pria sedang melakukan tasyahud akhir dalam sholat

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sholat lima waktu bukan sekadar kewajiban, melainkan sumber ketenangan jiwa dan benteng dari kesesatan hidup. Bagi orang beriman, sholat adalah perjumpaan yang dinanti dengan Allah SWT. Sebaliknya, bagi orang munafik, sholat adalah beban yang dijalankan dengan malas dan hanya untuk pamer kepada manusia.

Sholat lima waktu yang waktunya terbagi pada waktu Subuh, siang, sore, malam, ibarat terminal-terminal tempat berpangkalnya rohani. Sholat lima waktu juga bagai minuman segar pelepas dahaga untuk mengobati kegundahan jiwa. Minuman itu berasal dari sisi Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. 

Baca Juga

Demikian dijelaskan Syaikh Mushthafa Masyhur dalam kitab Al-Hayaatu Fii Mihraabish Shalah. Ia menerangkan bahwa sholat lima waktu pantas untuk dijadikan pelindung bagi manusia dari ujian hidup. Sholat lima waktu membentengi manusia dari ketergelinciran. 

Kedisiplinan mengerjakan sholat lima waktu telah menghimpun seorang hamba dari sholat yang satu ke sholat berikutnya. Tapi tidak demikian dengan mereka yang melalaikan sholatnya atau bagi mereka yang melaksanakannya namun tidak pada waktunya atau melaksanakannya dengan tidak khusyu dan tanpa kehadiran hati ketika sholat. Maka, kesempatan kesempatan tersebut akan dijadikan peluang oleh setan untuk sedikit demi sedikit menjauhkan seorang hamba dari jalan yang lurus.

Bagi siapa saja yang menghidupkan hakikat sholat dari kehidupan di dalam mihrabnya, maka ia akan merasakan nikmatnya iman dan kelezatan suatu ketaatan, tidak menunda-nunda waktu pelaksanaan dan merasa berat untuk sholat. Justru menjadikan sholat bagian dari hidupnya, menanti harapan tibanya waktu untuk bercumbu rayu karena bahagia berjumpa dengan Allah SWT serta bersimpuh di bawah kekuasaan-Nya.

Berbeda sekali jika melihat sikap kaum munafik dalam menghadapi tibanya waktu sholat, bermalas-malas, menunda-nunda waktu sholat, atau merasa berat melaksanakan sholat. Sebagaimana disebutkan dalam ayat ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًاۖ  

Innal-munāfiqīna yukhādi‘ūnallāha wa huwa khādi‘uhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmū kusālā, yurā'ūnan-nāsa wa lā yażkurūnallāha illā qalīlā(n).

Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk sholat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali. (QS An-Nisa Ayat 142)

"Tidak ada sholat yang terberat atas diri orang munafik dari sholat Subuh dan Isya, andaikan mereka mengetahui di dalam kedua sholat tersebut terdapat kebaikan-kebaikan, pastilah akan mendatanginya (melakukan dengan baik) meskipun harus merangkak (HR Muttafaq 'alaih)

Setan tidak pemah letih dan bosan untuk berusaha membujuk rayu seseorang agar merasa berat di dalam menunaikan sholat. Sehingga orang tersebut lebih mementingkan kesibukan urusan dunianya dan merusak nilai sholat itu sendiri atau merendahkan kepentingan sholat dengan kesibukan urusan duniawi.

photo
Infografis Syarat Sholat Jamak dan Qashar - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement