Selasa 09 Sep 2025 15:54 WIB

Kata-Kata Inspiratif Syekh Yusuf al-Qaradhawi

Tepat pada hari ini, 99 tahun sejak kelahiran sang mujtahid era modern.

Syekh Yusuf al-Qaradhawi.
Foto: Wikipedia
Syekh Yusuf al-Qaradhawi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini memperingati 99 tahun sejak kelahiran Syekh Yusuf al-Qaradhawi. Ulama besar yang kerap disebut sebagai mujtahid era kontemporer itu lahir di Saft Turab, Gharbia, Mesir, pada 9 September 1926.

Syekh Yusuf al-Qaradhawi adalah seorang intelektual yang berpengaruh global. Karya-karyanya dibaca luas dan menjadi rujukan umat Islam, termasuk di Indonesia. Di sepanjang hayatnya, ia telah menghasilkan lebih dari 120 buku.

Baca Juga

Berikut ini adalah sejumlah kutipan Syekh Yusuf al-Qaradhawi, seperti dinukil dari beragam sumber.

“Tidak ada benturan, dalam pandangan kami, antara wahyu dan akal, atau antara syariat dan hikmah, atau antara agama dan ilmu. Agama itu adalah ilmu, sebagaimana ilmu itu adalah agama.”

“Moderasi yang kami serukan adalah, moderasi yang menggabungkan antara salafiyah dan tajdid, keseimbangan antara prinsip syariat dan perkembangan zaman, yang menolak cara pandang parsial dan pengaburan Islam.”

“Jika semboyan Marxisme adalah, ‘Ubahlah ekonomi, maka sejarah akan berubah.’ Inilah semboyan Islam, ‘Ubahlah dirimu, atau ubahlah apa yang ada pada dirimu, maka akan berubah sejarah. Hal itu sebagaimana firman Allah, ‘Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa-apa yang ada di dalam diri mereka’ (QS ar-Ra’d: 11).”

“Tidak boleh ada dalam masyarakat Muslim seseorang meletakkan tangannya di perutnya dan merintih kelaparan, sedangkan di sampingnya ada orang yang meletakkan tangannya di perutnya sambil mengeluh kegemukan.”

“Islam menolak dengan tegas slogan ‘tujuan menghalalkan cara.’ Tujuan yang dicapai harus mulia dan sarana yang dipergunakan pun harus suci. Sebab, Allah adalah baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik.”

“Manusia pada zaman ini membutuhkan peradaban baru yang menggabungkan antara iman dan akal, antara ruh dan materi, antara (visi) dunia dan akhirat, yang menggabungkan antara kekuatan dan kebenaran.”

“Islam yang kami tolak adalah (pemahaman tentang) Islam yang mengajak pada fatalisme dalam akidah, formalitas dalam ibadah, negativisme dalam moralitas, parsial dalam pemikiran, tekstual dalam penafsiran, harfiah dalam fikih, dan penampilan-luar dalam kehidupan.”

“Tujuanku adalah Islam. Manhajku adalah moderasi. Sarana-saranaku adalah ilmu, dakwah, dan tarbiah.”

“Sungguh, mereka telah meletakkan Islam laksana daging di atas tatakan, lalu daging itu mereka potong berkeping-keping. Mereka ingin Islam yang hanya bersifat akidah tanpa syariat, damai tanpa jihad, pernikahan tanpa talak, ibadah tanpa muamalah, mushaf tanpa pedang, dan agama tanpa negara.”

“Wajib bagi kita untuk memenuhi hati anak-anak kita dengan iman, cita, dan tekad serta percaya sepenuhnya kepada Allah, dan kepada diri mereka sendiri. Kita harus membebaskan mereka dari mitos adanya seorang pemimpin yang mendapat wahyu, seorang pemimpin yang tidak pernah salah.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement