REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Hubungan antara Israel dan sekutu-sekutu Baratnya telah mengalami perubahan radikal belakangan ini.
Hal ini sebagai akibat dari beberapa faktor, terutama Perang Gaza (2023-2025), yang menjadi titik puncaknya.
Tingkat pembunuhan dan penghancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dan munculnya istilah-istilah seperti 'pemusnahan' dan 'pelaparan' dalam wacana PBB, membuat pemerintah-pemerintah Barat berada dalam posisi yang canggung.
Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, jutaan orang turun ke jalan dan ibu kota-ibu kota negara Barat untuk mendukung Palestina, memberikan tekanan domestik yang sangat besar kepada para pemimpin politik.
Selain itu, perubahan terletak pada kebangkitan generasi politik Barat yang baru. Para pemimpin seperti Presiden Prancis Macron, Perdana Menteri Australia Albanese, dan Perdana Menteri Selandia Baru Luxon tidak membawa beban emosional yang sama dari warisan Perang Dunia II dan Holocaust.
Para pemimpin ini melihat kepentingan global negara mereka dirugikan oleh hubungan yang terus berlanjut dengan apa yang dianggap oleh rakyat mereka sebagai kejahatan Israel di Gaza. Akhirnya, perilaku pribadi Netanyahu juga berperan.
Perilaku pribadi dan konfrontatif Netanyahu telah memainkan peran utama dalam hubungan yang tegang. Netanyahu telah mengadopsi strategi tekanan melalui rasa malu, mengeksploitasi kerentanan pemerintah-pemerintah Barat terhadap tuduhan "anti-Semitisme".
BACA JUGA: Pengakuan Biarawati AS yang Mukim Lama di Palestina tentang Hamas dan Israel Hebohkan Dunia
Namun taktik ini, yang efektif di masa lalu, kini dilihat di ibu kota seperti Paris, Canberra, dan London sebagai pemerasan politik yang kasar, sehingga mendorong para pemimpin Barat untuk mengekspresikan sikap yang lebih berani dan lebih meremehkan perilaku ini.
5 penyebab ketegangan
Ketegangan publik antara Perdana Menteri Israel Netanyahu dan sejumlah pemimpin Barat, seperti Prancis, Australia, dan Selandia Baru, mewakili pergeseran signifikan dalam sifat hubungan tradisional antara Israel dan sekutu-sekutu historisnya. Pertukaran ini dapat dipahami melalui kombinasi faktor-faktor yang tumpang tindih:
