Senin 11 Aug 2025 18:17 WIB

Kemenag Siapkan Fasilitator untuk Kurikulum Berbasis Cinta

KBC akan diterapkan di sekolah-sekolah keagamaan.

Sejumlah guru dan siswa melakukan shalat dan doa bersama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus, Desa Prambatan Kidul, Kudus, Jawa Tengah (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Sejumlah guru dan siswa melakukan shalat dan doa bersama di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kudus, Desa Prambatan Kidul, Kudus, Jawa Tengah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) RI menyiapkan fasilitator untuk mempercepat penerapan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di sekolah-sekolah keagamaan. Langkah ini dilakukan setelah sebelumnya merilis panduan resmi kurikulum tersebut.

Puluhan fasilitator mengikuti Pra-Pelatihan Fasilitator (Training of Facilitator) di Peacesantren Welas Asih, Garut, Jawa Barat. Pelatihan ini menjadi tahap awal pembekalan sebelum mereka terjun ke lapangan.

Baca Juga

"Kegiatan ini fondasi pembekalan, penyamaan persepsi, dan perumusan strategi komunikasi yang efektif dalam menginternalisasi nilai-nilai cinta di dunia pendidikan, khususnya di madrasah," ujar Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) M. Ali Ramdhani di Jakarta, Senin (11/8/2025).

Dhani menjelaskan, Pra-ToF merupakan langkah proaktif yang melibatkan sinergi Kementerian Agama, Project INOVASI, Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), serta Peacesantren Welas Asih. Kolaborasi ini diharapkan memperkuat fondasi penerapan KBC.

Menurutnya, kegiatan ini tidak sekadar membahas konsep cinta sebagai teori. Para fasilitator juga merancang pendekatan pelatihan yang menyentuh aspek psikologis, sosial, dan spiritual.

Sebab, Kurikulum Berbasis Cinta ditujukan untuk membangun budaya sekolah yang berlandaskan kebiasaan baik dan nilai-nilai kemanusiaan. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi ruh pendidikan yang memanusiakan.

"Cinta semacam inilah yang ingin kita hadirkan dalam pendidikan. Cinta yang utuh, menyentuh, dan membentuk karakter," ujarnya.

Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Pendidikan dan Keagamaan Kemenag Mastuki menekankan bahwa desain pelatihan harus realistis. Menurutnya, pelatihan perlu disesuaikan dengan kondisi nyata di madrasah dan sekolah.

"Ini bukan sekadar pelatihan biasa. Pesan dan amanah Menteri Agama Nasaruddin Umar sangat jelas pentingnya spirit cinta yang hidup, menyatu dalam keseharian di lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat," kata dia.

Ia menambahkan, keberhasilan program ini memerlukan sinergi dengan tokoh, lembaga, dan pihak yang berpengalaman dalam pendidikan karakter berbasis cinta. Kolaborasi yang tepat diyakini mampu memberi dampak signifikan.

Kegiatan ini menjadi momentum awal membangun paradigma baru pendidikan yang lebih manusiawi dan membumi. Landasannya adalah nilai cinta yang menyembuhkan, membimbing, dan memanusiakan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement