REPUBLIKA.CO.ID,Suatu ketika dikisahkan bahwa Kaisar Romawi Timur, Heraklius menerima rombongan dagang Quraisy yang sedang mengadakan ekspedisi dagang ke Negeri Syam. Pada saat itu sedang berlangsung perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan Abu Sufyan dan orang-orang kafir Quraisy di Makkah.
Saat singgah di Iliya, rombongan dagang Quraisy menemui Kaisar Heraklius atas undangan Heraclius untuk diajak dialog di majelisnya, saat itu Heraclius bersama dengan para pembesar-pembesar Negeri Romawi. Dia berbicara dengan rombongan dagang Quraisy melalui penerjemah.
Heraklius berkata, "Siapa di antara kalian yang paling dekat hubungan keluarganya dengan orang yang mengaku sebagai Nabi itu?"
Abu Sufyan sebelum memeluk Islam berkata, "Akulah yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan dia (orang yang mengaku Nabi yakni Nabi Muhammad SAW)."
Heraklius berkata, "Dekatkanlah dia (Nabi Muhammad) denganku dan juga sahabat-sahabatnya." Maka mereka meletakkan orang-orang Quraisy berada di belakang Abu Sufyan.
Lalu Heraklius berkata, "Katakan kepadanya, bahwa aku bertanya kepadanya tentang lelaki yang mengaku sebagai Nabi. Jika ia berdusta kepadaku maka kalian harus mendustakannya."
"Demi Allah, kalau bukan rasa malu akibat tudingan pendusta yang akan mereka lontarkan kepadaku niscaya aku berdusta kepadanya," ujar Abu Sufyan.
Abu Sufyan berkata, "Maka yang pertama ditanyakan (Heraklius) kepadaku tentangnya (Nabi Muhammad SAW) adalah bagaimana kedudukan nasabnya ditengah-tengah kalian?"
Aku (Abu Sufyan) jawab, "Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangsawan)."
Tanya Heraklius lagi, "Apakah ada orang lain yang pernah mengatakannya sebelum dia?"
Aku (Abu Sufyan) jawab, "Tidak ada."
Tanya Heraklius lagi, "Apakah bapaknya seorang raja?"
Jawabku (Abu Sufyan), "Bukan."
Heraklius bertanya lagi, "Apakah yang mengikuti dia orang-orang yang terpandang atau orang-orang yang rendah?"
Jawabku (Abu Sufyan), "Bahkan yang mengikutinya adalah orang-orang yang rendah".
Dia bertanya lagi, "Apakah bertambah pengikutnya atau berkurang?"
Aku (Abu Sufyan) jawab, "Bertambah."
Dia bertanya lagi, "Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?"
Aku jawab, "Tidak ada."
Dia bertanya lagi, "Apakah kalian pernah mendapatkannya dia berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dikatakannya itu?"
Aku jawab, "Tidak pernah."
Dia bertanya lagi, "Apakah dia pernah berlaku curang?"
Aku jawab, "Tidak pernah. Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu."
Berkata Abu Sufyan, "Aku tidak mungkin menyampaikan selain ucapan seperti ini."
Dia bertanya lagi, "Apakah kalian memeranginya?"
Aku jawab, "Iya."
Dia bertanya lagi, "Bagaimana kesudahan perang tersebut?"
Aku jawab, "Perang antara kami dan dia sangat banyak. Terkadang dia mengalahkan kami terkadang kami yang mengalahkan dia."
Dia bertanya lagi, "Apa yang diperintahkannya kepada kalian?"
Aku jawab, "Dia menyuruh kami sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan sholat, menunaikan zakat, berkata jujur, saling memaafkan dan menyambung silaturrahim."
