REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Israel tidak dapat menahan arus krisis yang berlapis-lapis. Itulah yang akan terjadi jika Israel melakukan agresi baru terhadap Iran. Seandainya Iran tidak kuat, Israel tidak akan pernah menyetujui gencatan senjata.
Belum lama gencatan senjata ditetapkan setelah perang 12 hari antara Iran dan rezim Zionis. Perang yang dipicu oleh agresi Israel terhadap Iran, dan berakhir hanya setelah perlawanan tegas Iran dan serangan balasan yang menghancurkan, yang pada akhirnya memaksa Israel untuk menerima gencatan senjata.
Sebagian besar pengamat internasional, analis, dan bahkan jajak pendapat publik berpendapat bahwa Iran muncul sebagai pemenang dari konflik 12 hari tersebut.
Namun, kekhawatiran yang patut diperhatikan setelah perang adalah argumen bahwa Israel mungkin masih mencari konfrontasi baru dengan Iran.
Gencatan senjata hanyalah jendela bagi rezim Zionis untuk menjilati lukanya dan mempersiapkan diri untuk permusuhan di masa depan.
Para pejabat Israel seperti Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz telah secara terbuka mengeluarkan ancaman terhadap Iran, menggunakan retorika yang berlebihan dalam upaya untuk menciptakan tekanan psikologis dan rasa tidak aman di kalangan masyarakat Iran.
Namun, upaya-upaya seperti itu pasti akan gagal. Jika ada, agresi Israel baru-baru ini hanya berfungsi untuk menyatukan rakyat Iran lebih kuat dari sebelumnya. Terlepas dari jeda saat ini, ada tiga tantangan penting yang menghalangi upaya potensial Israel untuk melakukan petualangan baru terhadap Iran:
BACA JUGA: ‘Dia Kabur ke Rumah, Serang!’ Momen Pejuang Kejar Tentara Israel untuk Ditangkap, Begini Ending-nya
1. Opini publik global dan regional akan menentang agresi israel
Setiap serangan militer baru oleh rezim Zionis terhadap Iran kemungkinan besar akan memicu reaksi yang meluas-tidak hanya dari penduduk regional, tetapi juga dari masyarakat sipil dan gerakan politik di seluruh dunia.
View this post on Instagram