REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyiapkan evakuasi parsial staf kedutaannya di Irak. Langkah itu dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap keamanan regional Timur Tengah (Timteng).
Bukan hanya di Irak. Gedung Putih juga telah mengizinkan "keberangkatan sukarela" bagi anggota keluarga personel AS dari sejumlah lokasi di Timteng, termasuk Bahrain, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Komando Pusat AS (CENTCOM) dalam pernyataannya pada Rabu (11/6/2025) menyatakan, Menteri Pertahanan Pete Hegseth telah mengizinkan keberangkatan keluarga militer di wilayah tersebut. CENTCOM pun memantau situasi meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama seusai Israel menyatakan siap menyerang Iran.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan, perintah bagi seluruh personel non-esensial untuk meninggalkan Kedutaan Besar AS di Baghdad—yang selama ini memang beroperasi dengan staf terbatas. Instruksi itu didasarkan pada komitmen untuk "menjaga keselamatan warga Amerika, baik di dalam maupun luar negeri."
Berbicara pada Rabu (11/6/2025) malam, Presiden AS Donald Trump mengatakan, perintah untuk memindahkan staf kedubes telah diberikan. Sebab, lanjut dia, Timur Tengah saat ini bisa menjadi "tempat yang berbahaya."
“Kita akan lihat bagaimana nanti. Kita sudah beri perintah untuk keluar, dan kita lihat saja nanti,” ujar Donald Trump di Washington DC, dilansir Al Jazeera, Kamis (12/6/2025).
Dalam kesempatan itu, Trump juga mengecam Iran yang dinilainya telah meningkatkan ekskalasi di Timur Tengah. Ia menegaskan, AS sampai kapan pun tidak akan membiarkan Iran mempunyai senjata nuklir.
"Mereka tidak boleh punya senjata nuklir, sangat sederhana. Kami tidak akan mengizinkan itu,” katanya.
Ketidakpastian meningkat dalam beberapa hari terakhir seiring dengan tanda-tanda mandeknya perundingan antara AS dan Iran terkait program nuklirnya.
Stasiun berita AS CBS melaporkan pada Rabu (11/6/2025) malam, para pejabat AS telah diberi tahu bahwa Israel "sepenuhnya siap” menyerang Iran. Mereka juga dikabarkan, Teheran bisa membalas dengan menargetkan “beberapa lokasi AS di Irak."