REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan menjadi isu yang terus membayangi di tengah berbagai tantangan ekonomi yang mengguncang Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2025 jumlah pengangguran mencapai 7,28 juta orang. Penduduk dari kelompok usia 19-24 tahun menjadi penyumbang terbesar angka pengangguran di Indonesia.
Sementara jumlah penduduk yang tergolong miskin di Indonesia pada September 2024 mencapai 24,06 juta orang. Meski mengalami penurunan dibandingkan data pada Maret 2024, angka ini masih tergolong besar.
Mereka yang terjebak dalam penjara kemiskinan dan pengangguran itu seperti berada dalam kegelapan dan membutuhkan bantuan untuk bisa keluar dari situasinya. Butuh lebih dari sekadar solusi instan seperti pemberian bantuan sosial untuk menyelesaikan masalah ini. Sebab, dampaknya pun akan hilang dalam secepat kilat.
Sebagai lembaga yang bergerak di bidang sosial, Sinergi Foundation memahami masalah kompleks ini hanya dapat diselesaikan dengan solusi komprehensif, yakni pemberdayaan. Berbagai program pemberdayaan yang pendanaannya berasal dari zakat pun telah dilahirkan Sinergi Foundation sebagai wujud kontribusi terhadap masyarakat.
Zakat dipilih sebagai sumber pendanaan bukan tanpa alasan. Semua ini dilakukan karena melihat besarnya potensi dana zakat, baik dari sisi nominal maupun pemanfaatan.
Pendayagunaan zakat dengan maksimal dapat membuat nilai zakat tak sebatas sedekah penggugur kewajiban, melainkan juga investasi sosial untuk masa depan para penerima manfaatnya.
Dalam melaksanakan program-progam pemberdayaan, Sinergi Foundation tak selalu berjalan sendiri. Ada kalanya kolaborasi dijalin untuk memperluas manfaatnya. Salah satunya melalui partisipasi Sinergi Foundation dalam Paradaya Movement yang diinisiasi oleh PT Paragon Technology and Innovation (ParagonCorp) bersama Forum Zakat (FOZ) dan Sekolah Amil Indonesia (SAI)
Paradaya Movement sendiri merupakan program pelatihan vokasional yang dilaksanakan secara menyeluruh dari hulu ke hilir. Program ini mencakup asesmen, pelatihan, magang, hingga penempatan kerja dan pendampingan. Paradaya Movement dirancang sebagai model intervensi strategis berbasis zakat produktif yang menghubungkan mustahik dengan dunia kerja.

Berbagai stakeholder dilibatkan dalam pelaksanaan program ini. FOZ dan SAI bertindak sebagai fasilitator program, sementara ParagonCorp sebagai penyedia pembiayaan dan menjembatani koneksi antara industri dan SDM dari kalangan dhuafa. Tak ketinggalan pula 15 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) dari berbagai wilayah seperti Sinergi Foundation yang berperan sebagai mitra.
Keterlibatan Sinergi Foundation dalam Paradaya Movement diwujudkan melalui penyelenggaraan pelatihan yang diikuti oleh puluhan penerima manfaat. Pelatihan tersebut mencakup bidang tata boga, barista, dan social media specialist. Seluruh rangkaian pelatihan dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2024.
Segala proses pelaksanaan Paradaya Movement dan hasilnya dipaparkan dalam acara Paradaya Movement 2.0 yang diselenggarakan Rabu, 28 Mei 2025 di Paragon Community Hub, Jakarta Selatan. Acara tersebut menjadi panggung kolaboratif lintas sektor dengan kehadiran tokoh-tokoh strategis seperti Menteri Ketenagakerjaan RI Prof. Yassierli, Ph.D., Deputi I Kemenko PMK Leontinus Edison, Ketua Umum FOZ Wildhan Dewayana, hingga Group CEO ParagonCorp Harman Subakat.
“Paradaya Movement lahir dari keyakinan bahwa keberdayaan adalah hak semua orang,” kata Harman Subakat, Group CEO Paragoncorp.
Dalam kesempatan tersebut, Sinergi Foundation turut menghadirkan hasil pemberdayaan di bidang tata boga. Bersama dua peserta pelatihan bakery, Min Aminah dan Rosita, Sinergi Foundation menyajikan kudapan berupa pizza roll dan cupcake untuk para tamu sebagai wujud bukti pelatihan yang telah dilaksanakan. Rosita juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan kisah inspiratifnya pada pembukaan acara.
Sebelum mengikuti pelatihan, Rosita mengaku berjuang dari dapur kecil di rumahnya, membuat kue-kue tradisional untuk membantu keuangan keluarga. Keinginannya untuk mengembangkan usaha terhambat karena tidak adanya pengetahuan dan keberanian.
Selama pelatihan, ia mempelajari cara-cara membuat roti dan kue kekinian yang tengah banyak digemari masyarakat. Lebih dari itu, Rosita juga belajar cara mengemas, menjual, dan menaruh kepercayaan pada dirinya sendiri. Dampaknya, usaha Rosita berkembang pesat.
“Bagi saya, ini bukan hanya soal belajar membuat kue, tapi tentang bagaimana saya bisa bangkit kembali,” ungkap Rosita saat tampil dalam peresmian acara. “Karena program ini, saya bisa berdiri lebih tegak, dan berjalan lebih jauh.”
Sinergi Foundation dengan kontribusinya dalam Paradaya Movement telah menjadi saksi bangkitnya para penerima manfaat. Bagaimana mereka mengatasi kegelapan yang mengelilingi mereka untuk menjemput terang. Bagaimana mereka belajar dan bangkit untuk semakin tegak berdiri di atas kaki sendiri.