REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM TERJAJAH— Sistem perlindungan dan pertahanan Israel, terutama sistem "Mantel Angin", mengalami gelombang kritik yang semakin meningkat.
Hal ini sehubungan dengan perang di Jalur Gaza yang menunjukkan kesenjangan serius dalam kinerja lapangan mereka. Kesenjangan itu meruntuhkan kepercayaan akan keefektifan sistem tersebut yang telah lama dipromosikan oleh militer Israel.
Terlepas dari penilaian militer yang menggambarkan "Mantel Angin" sebagai perisai yang tak tertembus terhadap peluru kendali anti-tank, pertempuran yang sedang berlangsung di Gaza telah melukiskan gambaran yang berbeda.
Yaitu kegagalan jelas dalam menangani serangan jarak dekat, mengorbankan nyawa para prajurit yang mengandalkan sistem ini untuk melindungi mereka.
Kritik tidak hanya terbatas pada aspek militer, tetapi juga meluas ke dimensi etika dan kemanusiaan, karena Israel dituduh menggunakan perang di Gaza sebagai ajang uji coba sistem pertahanan baru, dengan mengorbankan nyawa warga sipil Palestina.
Agresi Israel ke Gaza menunjukkan bahwa teknologi Israel, terlepas dari kecanggihannya, menghadapi tantangan nyata di medan perang, dengan mengorbankan tentara dan warga sipil, yang menjadi target dalam uji coba di medan perang.
BACA JUGA: Negara Paling Banyak Jalin Perdagangan dengan Israel, Indonesia Peringkat Berapa?
Persaingan yang ketat
Mengingat fakta-fakta ini, arena pertahanan Israel menyaksikan perjuangan sengit antara raksasa industri Rafael dan Elbit, dalam perlombaan panik untuk mendominasi pasar sistem perlindungan untuk tank dan pengangkut personel lapis baja, baik di dalam Israel maupun di tingkat ekspor global.