Rabu 21 May 2025 18:59 WIB

Merasakan Nikmat Taat kepada Allah

Ketaatan itu memasrahkan segalanya kepada Allah.

Kaligrafi lafaz Allah
Foto: dok wiki
Kaligrafi lafaz Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuan ibadah adalah untuk mendapat ridha dari Allah SWT dan bisa merasakan nikmat dengan ibadah tersebut. Akan tetapi, banyak orang yang melaksanakan ibadah justru merasa tertekan, terkekang, dan terbebani dengan tanggung jawab ibadah.

Kondisi tersebut seakan berbanding terbalik dengan hakikat disyariatkannya suatu ibadah yang semestinya menjadi angin segar, ruang sejuk, dan kontemplasi batin yang nikmat bagi orang yang melaksanakannya.

Baca Juga

Kenyataan seseorang yang semakin banyak beribadah justru batinnya semakin kering, hatinya makin keras, kata-katanya kasar, perilakunya tidak sopan, dan tindak tanduknya jauh dari kelemahlembutan.

Orang seperti ini biasanya menganggap ibadahnya paling baik, merasa paling dekat dengan Tuhan, dan kenal baik dengan para malaikat. Namun, tanpa ia sadari ternyata anggapan dan perilaku tersebut malah menjadi tanda dari orang yang tidak mengerti maksud dan tujuan inti dari ibadah.

Suatu ketika ada seseorang yang menemui Hasan al-Bashri lalu berkata, “Saya tidak menemukan kenikmatan dalam beribadah."

Hasan al-Bashri menjawab, “Barangkali kamu hanya melihat kepada orang-orang yang tidak takut kepada Allah (berteman dengan ahli maksiat), ketaatan itu memasrahkan segalanya kepada Allah.”

Pernyataan yang sama pernah juga diajukan kepada Abu Yazid, lalu beliau menjawab, “Hal itu disebabkan karena kamu menyembah ketaatan dan tidak menyembah Allah. Sembahlah Allah sampai kamu bisa mendapat kenikmatan dalam ketaatan kepada-Nya.”

Dari dua kisah di atas kita menjadi paham bahwa ada sekian banyak orang yang melakukan ibadah, tapi tidak mendapatkan kenikmatan dari ibadahnya, sehingga menjadikan batinnya kosong, hatinya kering, lidahnya kaku, dan perilakunya kasar.

Penyebabnya diungkapkan oleh kedua orang saleh itu. Pertama, karena berteman dengan orang yang tidak pantas dijadikan teman. Kedua, karena lupa bahwa tujuan beribadah adalah menyembah Allah SWT, patuh dan taat kepada-Nya, bukan malah menyembah dan mengagungkan ibadah itu sendiri.

Orang yang suka berteman dengan orang yang salah akan merasa akrab dengan kesalahan dan kemaksiatan mereka, sehingga tanpa sadar kesalahan itu akan menjadi kebiasaannya juga.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Abdul Syukkur
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement