REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Datang ke perairan Yaman, Amerika tampak super gagah. Bukan hanya dengan satu, tapi dua kapal induk yang membawa puluhan pesawat tempur super canggih. Semuanya membawa bom yang mampu menghancurkan banyak kawasan.
Misi utama Amerika dengan USS Harry S Truman dan USS Carl Vinson, adalah memusnahkan Houthi. Mereka dianggap sebagai penghalang kapal penggenjot ekonomi Israel, mitra utama Amerika. Namun apa yang terjadi? setelah berkali kali Yaman dihujani bom, kelompok antipenjajah Israel itu tetap saja berhasil membom kapal terafiliasi Israel di Laut Merah, bahkan membolongkan kawasan dekat bandara Internasional Ben Gurion Israel. Hal itu mengakibatkan Israel merugi karena banyak maskapai internasional menghentikan penerbangan ke negara zionis.
Menghabiskan amunisi mahal
Pemerintahan Donald Trump mengumumkan gencatan senjata di Yaman minggu lalu karena menghabiskan amunisi mahal sementara gagal membangun superioritas udara atas Houthi, menurut New York Times.
Mengutip pejabat Washington, sebuah laporan pada hari Senin menyatakan bahwa kelompok Yaman menembak jatuh sejumlah pesawat tak berawak MQ Reaper Amerika dan menembaki kapal-kapal angkatan laut di Laut Merah hingga saat gencatan senjata disepakati.
Trump mengumumkan minggu lalu bahwa sebagai imbalan atas penghentian serangan udara AS terhadap Yaman, Houthi telah setuju untuk berhenti menyerang kapal - meskipun serangan terhadap kapal dan wilayah Israel akan terus berlanjut.
Kelompok Houthi telah menargetkan apa yang mereka katakan sebagai kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah sejak November 2023, sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina yang berada di bawah agresi Israel di Gaza.