REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi), Prof Husnan Bey Fananie, memberikan tanggapan kritis terhadap rencana Presiden Prabowo Subianto mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia. Menurut dia, niat tersebut sangat mulia, tetapi perlu dilihat dari sudut pandang rakyat Palestina sendiri dan dampak jangka panjangnya.
“Kita sangat prihatin dengan kondisi Gaza. Ini tempat yang sangat bersejarah dalam konteks Islam, apalagi bagi umat Islam Indonesia yang mayoritas bermazhab Syafi’i. Imam Syafi’i itu lahir di Gaza, beliau orang Palestina. Bagaimana kita tidak terpanggil?” ujar Prof Husnan saat berbincang dengan Republika belum lama ini.
Dia menegaskan bahwa Gaza tidak bisa dijadikan sebagai wilayah milik Israel. “Nggak bisa itu dijadikan negeri orang Yahudi. Dari dulu itu tanah Palestina, tempat lahir Imam Syafi’i. Kita harus punya kesadaran sejarah dan spiritual,” ucap dia.
Husnan mengapresiasi niat Presiden Prabowo yang ingin menyelamatkan warga Gaza dari serangan Israel, namun dia mempertanyakan efektivitas evakuasi dalam jumlah terbatas.
“Apakah mengevakuasi seribu orang bisa meringankan penderitaan mereka? Tidak. Mereka tahu mereka bisa mati, bisa jadi martir. Tapi yang paling menyakitkan adalah saat tanah air mereka diambil,” kata mantan Duta Besar RI untuk Azerbaijan ini.
Menurut dia, sebagian besar rakyat Palestina justru tidak ingin dievakuasi. Mereka ingin tetap berada di tanah airnya untuk mempertahankan hak dan identitas mereka. “Dan kalau kita evakuasi, bisakah kita menjamin mereka bisa kembali? Kalau tidak, itu sama saja dengan mendukung kebijakan Trump yang ingin menyingkirkan rakyat Palestina dari negerinya,” ucap dia.
