Rabu 16 Apr 2025 06:58 WIB

Kesungguhan Menepati Janji

Inilah kisah tentang seorang yang sungguh-sungguh ingin melunasi utangnya.

Inilah kisah tentang seorang yang sungguh-sungguh ingin melunasi utangnya. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Inilah kisah tentang seorang yang sungguh-sungguh ingin melunasi utangnya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu kala, hiduplah dua orang dari kalangan Bani Israil. Yang satu merupakan seorang pengusaha. Jangkauan bisnisnya merambah hingga negeri-negeri yang jauh.

Adapun seorang lainnya ialah kawannya yang merupakan penduduk lokal. Temannya yang bermukim ini memiliki kelebihan harta.

Baca Juga

Alhasil, si pebisnis berutang pada si pemukim sebesar seribu dinar. Uang itu digunakannya untuk membiayai perjalanannya ke luar negeri dengan menggunakan kapal laut.

“Datangkanlah kepadaku para saksi. Saya meminta mereka untuk bersaksi (dalam akad utang-piutang ini),” kata si pemukim.

Namun, orang yang hendak berutang itu mengaku tidak sanggup mendatangkan para saksi. “Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadi saksi akad ini,” katanya.

“Kalau begitu,” timpal si pemberi utang, “datangkanlah seorang penjamin.”

“Cukuplah Allah Ta’ala sebagai penjamin,” jawab pengusaha itu lagi.

Setelah lama berpikir, pemilik uang seribu dinar itu akhirnya tidak bertanya lagi. “Ya, engkau benar,” ujarnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Maka terjadilah akad utang-piutang itu. Tenor atau jangka waktu penyelesaian pinjaman pun disepakati. Kedua belah pihak setuju bahwa uang seribu dinar tersebut harus kembali dalam tempo yang ditentukan.

Kemudian, pergilah si pengusaha ke negeri yang jauh untuk berdagang. Beberapa waktu kemudian, ia berhasil mengumpulkan banyak keuntungan sehingga sanggup membayar utangnya. Saat tenor kian mendekat, saudagar Bani Israil ini mulai mengemasi barang-barangnya dan bertolak ke pelabuhan terdekat.

Ternyata, di sana dirinya tidak menemukan kapal yang dapat membawanya pulang. Tiap dermaga di pelabuhan tersebut didatanginya. Namun, para pemiliknya menyatakan, tidak ada armada yang menuju ke negeri tujuan lelaki tersebut.

Kalau pengusaha Bani Israil ini tidak pulang pada hari itu, niscaya dirinya terlambat untuk membayar utang. Tenornya dapat dipastikan akan melewati masa tenggang. Padahal, ia tidak ingin mencederai janji. Seketika, pria tersebut langsung ingat bahwa Allah menjadi saksi sekaligus penjaminnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement