REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konstantinopel, ibu kota Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium, akhirnya jatuh ke tangan Islam. Hari itu, tepat pada 29 Mei 1453. Penakluk kota di antara dua benua itu adalah Sultan Mehmed II al-Fatih. Ketika memimpin misi pembebasan tersebut, raja Turki Utsmaniyah itu baru berusia 21 tahun.
Inilah sosok yang telah diramalkan kedatangannya oleh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik amir (pemimpin) adalah amir yang memimpin penaklukannya, dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya” (HR Bukhari). Hadis itu tidak menyebutkan nama, melainkan karakteristik yang dijanjikan kemenangan.
Giat belajar
Sejak kecil, putra Sultan Murad II itu digembleng untuk menjadi tangguh dan cendekia. Ayahnya menaruh harapan besar, kelak Mehmed-lah yang akan memenuhi nubuat Nabi SAW mengenai Konstantinopel. Istana pun mengundang banyak ulama besar untuk membimbingnya. Di antara berbagai disiplin pengetahuan yang dipelajarinya ialah ilmu Alquran, hadis, dan fikih. Ilmu-ilmu umum pun ditempuhnya dengan penuh semangat, seperti ilmu berhitung, falak, sejarah, serta strategi kemiliteran.
Banyak bahasa dipelajarinya. Mehmed pun menjadi seorang poliglot. Di samping bahasa Turki, ia juga menguasai bahasa Arab, Persia, Latin, Yunani, dan Ibrani. Dengan demikian, cakrawala pengetahuannya kian luas. Watak pribadinya itu patut ditiru kaum Muslimin.
View this post on Instagram
Bijaksana
“Pengalaman adalah guru terbaik,” demikian sebuah pepatah. Seturut dengan ini, Mehmed pun berupaya memetik pelajaran dari kegagalan-kegagalan yang pernah dialami pasukan Islam dalam misi menaklukkan Konstantinopel. Kota tersebut memang kokoh. Perbatasannya dikelilingi tembok benteng yang sukar ditembus.
Dengan bijaksana dalam melihat sejarah, Mehmed pun dapat merancang strategi yang cemerlang. Misalnya, ia memerintahkan pasukannya agar memindahkan kapal-kapal dari pangkalan di Baskatasy ke Tanduk Emas. Caranya unik karena melalui jalan darat antara dua pelabuhan tersebut.
Kapal-kapal Turki diletakkan di atas papan-papan yang beralaskan gelondongan kayu. Para prajuritnya menarik armada itu hingga ke lokasi tujuan. Strategi tersebut membuat musuh terkejut. Mereka yang semula begitu percaya diri akan ketangguhan benteng kota Konstantinopel, akhirnya kalah.