REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim" (HR Bukhari-Muslim). Demikian sabda Nabi Muhammad SAW.
Secara kebahasaan, silaturahim merupakan gabungan dari kata shilah yang berarti ‘hubungan’ dan rahim, ‘kerabat'. Dengan demikian, istilah ini dapat dimaknai sebagai ‘hubungan persaudaraan atau kekerabatan'. Kata rahim juga mengingatkan pada salah satu sifat Allah SWT, yakni Mahapenyayang (ar-Rahiim).
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis, “Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata, 'Barangsiapa yang menyambungku, maka Allah akan menyambungnya. Dan barangsiapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan dengannya'" (Muttafaqun ‘alaih).
Ada beberapa cara untuk dalam memelihara silaturrahim.
Pertama, saling mengunjungi dan berkomunikasi. Ini dilakukan kepada orang yang dikenal maupun yang belum dikenal. Melalui kunjungan dan komunikasi, maka hubungan kasih sayang kian terawat. Antara mereka yang telah saling kenal, ini dapat menimbulkan kehangatan. Adapun bila belum saling mengenal, sapaan dapat menciptakan hubungan silaturahim baru. Minimal, menyapa dengan senyuman.
View this post on Instagram
Kedua, memberikan hadiah secara tulus. Islam mendorong tiap Muslim untuk memberikan sesuatu yang terbaik dari miliknya kepada sesama. Ini sebagaimana hadis Nabi SAW, "Tidak beriman seorang Mukmin hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Bukti cinta tersebut antara lain ialah memberikan sesuatu yang disayanginya kepada orang lain.
Ketiga, saling memaafkan. Sikap ini dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Beliau pernah diperlakukan kasar dan bahkan diusir dari kota kelahirannya oleh orang-orang musyrikin. Namun, saat penaklukan Makkah, Rasul SAW memaafkan mereka yang pernah menyakitinya.