REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pegiat kemanusiaan Indonesia yang pernah tinggal di Gaza dan aktif di media sosial, Muhammad Husein Gaza, menyebut masyarakat Indonesia tidak Istiqomah ketika membicarakan Palestina. Pasalnya, konten-konten yang menyuarakan Palestina di medsos selalu diblokir oleh perusahaan layanan jejaring sosial.
"Observasi saya selama 12 tahun, saya di lapangan di Gaza Saya mendapati fakta tidak istiqamahnya, tidak konsistennya warga Indonesia ketika bicara para Palestina," ujar Husein Gaza dalam acara Silaturrahim membahas perkembangan terakhir Gaza bersama ormas keagamaan di Kantor MUI Pusat, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Di tengah penjajahan Israel di Gaza, menurut dia, masyarakat Indonesia hanya bersuara setahun sekali atau dua kali. Menurut dia, hal ini karena perusahaan layanan jejaring sosial seperti Meta melakukan pembatasan.
"Ternyata hasil observasi itu menunjukkan ini adalah dampak dan indikasi langsung, impact langsung Terhadap pembatasan pergerakan kita di dunia maya, terutama oleh Meta, oleh YouTube, oleh TikTok," ucap Husein.
Dengan adanya pembatasan itu, menurut dia, masyarakat Indonesia sampai sekarang masih banyak yang meyakini bahwa genosida sudah selesai. "Itu banyak. Kenapa? Karena media kita bungkam, media-media kita dibatasi, akun-akun kita yang menyuarakan di medsos itu di take down. Saya berkali-kali kena take down gitu," kata Husein.
Namun, menurut dia, tidak ada solusi yang serius membahas masalah ini. Sementara, narasi yang mendukung genosida zionis didukung Meta. "(Narasi Israel) didukung oleh algoritma mereka. Jadi wajar kita gak istiqomah, karena kita dibatasi," jelas Husein.
Sebagai informasi, acara Silaturrahim Idul Fitri yang digagas MUI membahas isu terkini terkait Gaza, Palestina. Acara ini dihadiri perwakilan ormas Islam, lembaga filantropi, tokoh lintas agama, tokoh politik, dan akademisi.