REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Pengarah Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP), Prof Din Syamsuddin menanggapi Presiden Prabowo Subianto yang melawat ke lima negara di Timur Tengah yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania, untuk meminta dukungan mereka terhadap rencana Indonesia mengevakuasi 1.000 warga Palestina di Gaza ke Indonesia.
"Saya tidak yakin Presiden Prabowo Subianto mau menampung rakyat Gaza, Palestina ke Indonesia dengan alasan evakuasi sementara untuk pengobatan," kata Prof Din kepada Republika, Kamis (10/4/2025).
Prof Din mengatakan, evakuasi itu berfungsi sama dengan ide relokasi rakyat Gaza, Palestina ke luar seperti akal bulus Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang bertujuan mengosongkan Tanah Palestina agar mereka bebas menjajahnya terus.
Menurut Prof Din, jika Presiden Prabowo meneruskan rencana tersebut maka memuluskan rencana jahat Trump dan Netanyahu menguasai Gaza, Palestina. Selama ini keluarga Palestina menolak keluar dari tanah kelahirannya, bahkan menolak anak-anak yatim piatu mereka untuk dibawa keluar.
"Kalau mau Indonesia membantu sebaiknya mengirim tim medis masif dan membangun kembali Rumah Sakit (RS) Indonesia yang dihancurkan oleh tentara zionis Israel, itu tentu bisa terlaksana dengan pengawalan TNI," ujar Prof Din.
Prof Din mengatakan, apakah Presiden Prabowo memiliki cukup patriotisme untuk itu? Jawabannya sementara yakin positif.
Di tempat lain, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Profesor Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, kesediaan Presiden Prabowo untuk mengevakuasi 1.000 warga Gaza ke Indonesia, harus dilihat dari perspektif penanganan darurat kemanusiaan.
Prof Sudarnoto menerangkan, evakuasi darurat ke Indonesia ini, yang sebetulnya selama ini juga sudah terjadi dan kemudian ditampung di Yordania dan Mesir misalnya, dilakukan khusus untuk anak-anak, perempuan dan kalangan renta yang menjadi korban kekejian Israel untuk penanganan medis. Indonesia memiliki peluang untuk penanganan darurat medis bagi anak-anak, perempuan dan kelompok renta ini karena Indonesia memiliki rumah sakit dalam jumlah yang besar.
"Ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah atau NU dan lain-lain juga bisa ambil peran karena memiliki rumah sakit," ujar Prof Sudarnoto.
Prof Sudarnoto menegaskan, tidak seperti ide gila Presiden AS Donald Trump tentang relokasi warga Gaza, maka evakuasi harus melalui prosedur dan mekanisme yang memberikan jaminan adanya kesementaraan warga Gaza di Indonesia, selama menjalani penanganan medis. Serta jaminan tanah Palestina tetap terjaga menjadi tanah yang merdeka, tidak akan diambil alih dan dimiliki oleh negara manapun.
"Indonesia harus tetap menolak ide relokasi sebagaimana yang diajukan Trump karena ini bersemangat imperialistic dan bahkan akan menimbulkan krisis kemanusiaan baru," ujarnya.
Prof Sudarnoto menambahkan, ide evakuasi Presiden Prabowo harus tetap didasari dengan komitmen tinggi untuk membela Palestina dan Indonesia tidak tergoyahkan oleh politik busuk Israel dan Amerika yang memang bersemangat imperialistik. Bahkan, seharusnya Indonesia menjadi garda terdepan pembelaan terhadap Palestina.