REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah faedah yang bisa didapatkan seorang Muslim saat menjalankan puasa Syawal. Salah satunya, yakni puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh.
Dikutip dari buku Fikih Bulan Syawal oleh Muhammad Abduh Tuasikal, berikut ini keutamaan puasa Syawal.
Seperti berpuasa setahun penuh
Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh, dari Abu Ayyub Al-Anshari, Nabi Muhammad SAW bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh” (HR. Muslim, no. 1164).
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan) (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim).
Jadi, seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW,
من صام ستة أيام بعد الفطر كان تمام السنة (من جاء با لحسنة فله عشر أمثالها
Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal]” (HR. Ibnu Majah no. 1715).
Tutupi kekurangan amalan wajib
Puasa Syawal seperti halnya shalat sunah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib. Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa Syawal akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadhan sebagaimana shalat sunah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib.
Amalan sunah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadhan yang sering kali ada kekurangan di sana-sini. Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadhan, pasti ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunah (Lathaif Al-Ma’ari)
Tanda diterimanya puasa Ramadhan
Melakukan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerima amalan seorang hamba, Dia akan menunjuki pada amalan saleh selanjutnya. Jika Allah menerima amalan puasa Ramadhan, Allah akan tunjuki untuk melakukan amalan saleh lainnya. Di antaranya ialah puasa enam hari pada bulan Syawal (Lathaif Al-Ma’arif).
Renungkanlah, bagaimana lagi jika seseorang hanya rajin shalat di bulan Ramadhan (rajin shalat musiman). Akan tetapi, setelah Ramadhan shalat lima waktu begitu dilalaikan, pantaskah amalan orang tersebut di bulan Ramadhan diterima?
Dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah Li Al-Buhuts Al-’Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (Komisi Fatwa Saudi Arabia) menyatakan, “Adapun orang yang melakukan puasa Ramadhan dan mengerjakan shalat hanya di bulan Ramadhan saja, orang seperti ini berarti telah melecehkan agama Allah. Sebagian salaf mengatakan, “Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah) hanya pada bulan Ramadhan.”
Sebagai bentuk rasa syukur
Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah? Begitu pula dengan amalan menghidupkan malam Lailatul Qadar di akhir-akhir bulan Ramadhan.
Ibnu Rajab mengatakan, “Tidak ada nikmat yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari Allah” (Lathaif Al-Ma’arif).
Ummul mukminin ‘Aisyah bertanya kepada Nabi SAW sesudah menyaksikan beliau shalat malam sampai kakinya bengkak, “Mengapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang?”
Beliau lantas mengatakan, “Tidakkah pantas aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?” (HR. Bukhari, no. 4837).