Rabu 09 Apr 2025 16:45 WIB

Kisah Khalifah Umar Muliakan Pembantu

Umar marah karena tuan rumah tak membiarkan pembantu ikut makan.

Umar bin Khattab
Foto: dok wiki
Umar bin Khattab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umar bin Khattab adalah seorang sahabat utama Nabi Muhammad SAW. Mengikuti akhlak Rasulullah SAW, sosok khalifah kedua dalam era Khulafaur rasyidin itu tak pernah membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama insan. Ia tak gila hormat dan tak pernah merasa perlu diagung-agungkan walaupun dirinya menduduki jabatan sebagai pemimpin negara.

Di antara contoh akhlaknya diterapkan pada para pelayan dan pembantu. Seperti diceritakan dalam buku Umar bin Khattab: Sang Legenda karya Yahya bin Yazid al-Hukmi al-Faifi, Abdullah bin Abbas menuturkan kesaksian.

Baca Juga

Pada suatu musim haji, Umar bin Khattab berkunjung ke rumah seorang kawannya. Ikut dalam jajaran yang menyambut sang khalifah ialah Shafwan bin Umayyah. Puluhan pembantu membawa sajian dan menghidangkannya di hadapan para tamu.

Tuan rumah dan semua tamu lantas menikmati jamuan itu. Adapun para pembantu dan pelayan hanya berdiri di dekat tembok sembari memandangi mereka.

Umar bin Khattab merasa heran dan kemudian bertanya kepada tuan rumah, "Kalian semua menyantap sajian ini, tetapi para pelayan tidak? Apakah kalian tidak menyukai mereka?"

Seorang tuan rumah, Sufyan bin Abdullah menjawabnya, "Demi Allah, tidak demikian, wahai Amirul mukminin! Hanya saja, kami ini memiliki kekuasaan atas mereka."

Mendengar jawaban itu, Umar bin Khattab marah sekali. Ia lalu menegur, "Tidak ada yang boleh berkuasa atas pelayan dan pembantu. Sungguh, Allah memberikan hak yang sama kepada setiap orang!"

Dengan segera, Umar bangkit dari kursinya dan memanggil seluruh pelayan dan pembantu di sana. Katanya, "Silakan kalian semua duduk dan menyantap hidangan ini!"

Mereka semua menuruti perintah sang khalifah. Maka duduklah mereka sembari menyantap hidangan di atas meja. Umar tidak ikut makan hingga para pelayan dan pembantu itu selesai makan.

Rindu sosok Umar

Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, maka sejak itu seluruh hidupnya benar-benar dibaktikan untuk mengurusi kepentingan umat. Dalam suatu riwayat disebutkan, ia hampir tiap malam melakukan ronda, berkeliling ke pelosok-pelosok kampung. Sebab, sosok berjulukan al-Faruq ini khawatir kalau ada penduduk yang urusannya terabaikan, perutnya kelaparan, dan masih dilanda ketakutan.

Bukan lantaran ingin menggaet popularitas atau hal-hal pamrih duniawi lainnya. Ronda secara diam-diam ini dilakukannya karena Umar sendiri sangat takut akan keadilan Allah. Bagaimana kelak dirinya akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan atas umat di hadapan-Nya. Bahkan, jangankan terhadap urusan manusia, terhadap keadaan hewan di wilayah yang dipimpinnya pun ia begitu memperhatikan. Ini sebagai konsekuensi atas pengangkatannya sebagai pemimpin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement