Senin 31 Mar 2025 08:30 WIB

5 Bom Mematikan yang Digunakan Israel untuk Hancurkan Gaza Seisinya

Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza.

Rekaman drone mengenai kehancuran di berbagai bagian Jalur Gaza, 20 Januari 2025.
Foto: AP Video
Rekaman drone mengenai kehancuran di berbagai bagian Jalur Gaza, 20 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pada akhir Januari 2025, situs web AS Axios, mengutip tiga pejabat senior Israel, melaporkan keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mencabut larangan yang diberlakukan oleh pemerintahan pendahulunya, Joe Biden, atas pasokan bom seberat 2.000 pon ke Israel.

Menurut laporan tersebut, sekitar 1.800 bom Mark 84, yang tersimpan di gudang-gudang militer Amerika Serikat, akan dimuat ke sebuah kapal angkut militer untuk perjalanan ke pantai Israel.

Baca Juga

Pada pertengahan Februari, Kementerian Keamanan Israel mengumumkan bahwa pengiriman tersebut telah diterima, dan Menteri Pertahanan Israel Yisrael Katz mengumumkan bahwa bom-bom tersebut merupakan "tambahan strategis yang penting".

"Mark 84"

Antara 2023 dan 2025, di tengah-tengah serangan udara Israel yang intensif di Jalur Gaza, senjata Amerika Serikat jelas terlihat di latar belakang, dan bom Mark 84 berada di garis depan adegan ini, menjadi yang paling banyak digunakan.

Penggunaannya yang meluas telah menjadi begitu meluas sehingga tidak dapat lagi diabaikan, dan telah menjadi bukti tak terbantahkan atas pelanggaran berulang kali yang dilakukan Israel terhadap hukum kemanusiaan internasional dengan menargetkan warga sipil dan infrastruktur.

Pada Oktober 2024, hasil penelitian cermat yang menyelidiki rincian serangan-serangan ini dirilis, mengungkapkan bahwa antara 7 Oktober dan 17 November 2023, pesawat-pesawat militer penjajah menjatuhkan sedikitnya 600 bom Mark 84, masing-masing seberat 2.000 pon (satu pon setara dengan 0,453 kilogram), ke wilayah-wilayah berpenduduk dan sangat sensitif, termasuk rumah sakit. Ini bukan hanya angka, tetapi juga pemandangan berulang-ulang dari bangunan yang runtuh dan nyawa yang hilang di reruntuhan.

Para peneliti menyimpulkan bahwa Israel telah mengadopsi pola sistematis dalam menjatuhkan bom raksasa ini di dekat rumah sakit, dengan jarak yang cukup untuk menyebabkan kerusakan parah dan kematian yang disengaja, dan menjelaskan bahwa jenis penghancuran ini tidak hanya berdampak langsung pada sistem kesehatan, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada setiap aspek kehidupan di Gaza.

Bom Mark 84 adalah keturunan dari seri Mark 80 AS, sebuah keluarga bom generik yang memiliki berat antara 250-2000 pon. Namun, tanpa melebih-lebihkan, bom ini adalah yang terbesar dan paling merusak dalam seri ini. Bom ini dirancang untuk multi-misi, mampu diluncurkan dari pesawat militer yang berbeda dan menargetkan infrastruktur besar dan struktur tanah.

Namun, wajahnya yang paling menakutkan muncul pada saat meledak; menciptakan ledakan besar yang mampu meratakan bangunan, menciptakan kawah besar hingga kedalaman 11 meter dan lebar hingga 20 meter, sementara gelombang tekanan yang dihasilkannya meluas ke lingkar yang luas, mengancam semua yang berada dalam jangkauannya untuk hancur.

Untuk semua kemampuan destruktifnya, Mark 84 tetap Mark 84 adalah bom "bodoh", yang berarti bahwa bom ini tidak memiliki sistem pemandu cerdas, tetapi lebih mengandalkan jatuh bebas. Setelah dijatuhkan dari pesawat terbang, bom ini akan mengikuti busur yang diakibatkan oleh gravitasi, yang membuatnya kurang akurat, terutama ketika dijatuhkan dari tempat yang tinggi.

BACA JUGA: Konflik Internal Israel Semakin Tajam, Saling Bongkar Aib Antara Ben-Gvir Versus Shin Bet

Paradoksnya, kesederhanaan desain bom ini dan biayanya yang murah dibandingkan dengan amunisi cerdas yang dipandu menjadikannya pilihan favorit bagi negara-negara yang ingin mengurangi biaya perang, bahkan dengan mengorbankan nyawa warga sipil.

Faktanya, sebuah laporan intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa setengah dari bom yang dijatuhkan oleh Israel di Gaza adalah jenis bom tak berpemandu ini, terlepas dari kepadatan penduduk yang masif di Gaza, yang mengindikasikan adanya kesengajaan untuk melukai warga sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement