Kamis 27 Mar 2025 13:49 WIB

Pada Zaman Sahabat Nabi, Hari Idul Fitri Pernah Berbeda

Fenomena ini terjadi lantaran masing-masing wilayah punya mathla' berbeda.

ILUSTRASI Menentukan tanggal 1 Syawal. Melihat hilal.
Foto: ANTARA/Moch Asim
ILUSTRASI Menentukan tanggal 1 Syawal. Melihat hilal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam jangka waktu beberapa hari lagi, umat Islam akan menyelesaikan keseluruhan Ramadhan. Pada 1 Syawal, tibalah hari raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan yang penuh suka cita.

Berbeda dengan Ramadhan, dalam Idul Fitri umat Islam dilarang berpuasa. Dalilnya adalah hadis Nabi Muhammad SAW. "Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW melarang puasa pada dua hari: Idul Fitri dan Idul Adha" (HR Muslim no 1138).

Baca Juga

Karena itu, penentuan 1 Syawal mesti dilakukan melalui pengamatan yang hati-hati atau berdasarkan ilmu, yakni falak. Adanya beberapa metode dalam menentukan awal bulan kamariah kadang kala menyebabkan perbedaan waktu hari raya.

Pada zaman sahabat Nabi Muhammad SAW pun pernah terdapat perbedaan waktu hari raya. Hal itu disebabkan tidak ada orang-orang yang melihat hilal.

Perbedaan waktu Idul Fitri itu terjadi antara Syam dan Madinah. Demikian adanya walaupun jarak antarkedua wilayah tersebut relatif dekat.

Kisah perbedaan waktu Idul Fitri itu tertuang dalam sebuah hadis yang telah disinggung para ahli hadis. Misalnya, Muslim (3/126), Abu Dawud (No. 2332), Nasa’i (4/105-106), Tirmidzi (No. 689), Ibnu Khuzaimah (No. 1916), Daruquthni (2/171), Baihaqy (4/251) dan Ahmad (Al-Fathur-Rabbaani 9/270).

Berikut ini teksnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

"Dari Kuraib, sesungguhnya Ummu Fadl binti Al-Haarits telah mengutusnya menemui Mu’awiyah di Syam.

Berkata Kuraib, 'Lalu aku datang ke Syam, terus aku selesaikan semua keperluannya. Dan tampaklah olehku (bulan) Ramadhan, sedang aku masih di Syam. Dan aku melihat hilal (Ramadhan) pada malam Jumat.

Kemudian, aku datang ke Madinah pada akhir bulan (Ramadhan). Lalu Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal. Kemudian, ia bertanya, 'Kapan kamu melihat hilal (Ramadhan)?'

Jawabku (Kuraib), 'Kami melihatnya pada malam Jumat.'

Ia (Abdullah bin Abbas) bertanya lagi, 'Engkau melihatnya (sendiri)?'

Jawabku, 'Ya! Dan orang banyak juga melihatnya, lalu mereka puasa dan Mu’awiyah puasa.'

Ia berkata, 'Tetapi kami melihatnya pada malam Sabtu, maka senantiasa kami berpuasa sampai kami sempurnakan 30 hari, atau sampai kami melihat hilal (bulan penanda masuk Syawal).'

Aku bertanya, 'Apakah tidak cukup bagimu rukyah (penglihatan) dan puasanya Mu’awiyah?'

Jawabnya, 'Tidak! Begitulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kami.'"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement