Senin 24 Mar 2025 11:10 WIB

Jepang, Teka-teki Negeri Thawalisi yang Disebut Ibnu Battuta dan Masuknya Islam

Ibnu Battuta menjelajah hingga ke negeri Jepang.

Masjid Camii Tokyo, Jepang. Ibnu Battuta menjelajah hingga ke negeri Jepang.
Foto: onislam
Masjid Camii Tokyo, Jepang. Ibnu Battuta menjelajah hingga ke negeri Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pada saat artikel tentang budaya Jepang ini ditulis, bunga sakura sedang mekar penuh, musim "sakura", yang berarti awal musim baru.

Mungkin bunga sakura meringkas kesukaan orang Jepang akan filosofi sesuatu, memahami alam, dan memecahkan rahasianya, karena bunga sakura melambangkan alam yang fana, dalam suasana yang penuh dengan badai perubahan, dan bangsa yang sedang berkembang pesat yang sangat menyukai penemuan dan eksperimen secara ilmiah, dan menemukan esensi dari segala sesuatu secara filosofis.

Baca Juga

Musim sakura mungkin cocok untuk mempublikasikan sebuah artikel tentang Islam dan Jepang serta keterbukaan Jepang terhadap Islam sebagai sebuah agama, budaya, dan isu-isu, dengan catatan bahwa benang merah dari pengenalan Jepang akan Islam terkait dengan perjalanan, pengembara, dan para penemunya. Bagaimana caranya?

Teka-teki perjalanan Ibnu Battuta

Kisah ini tidak dimulai dengan Jepang dengan cara tradisional, melainkan dengan sebuah teka-teki yang harus dipecahkan. Teka-teki ini ditemukan dalam teks perjalanan Ibnu Battuta ke China, yang menampilkan negara Thawalisi, di mana dia berlabuh di salah satu marina besar dan bertemu dengan seorang putri pejuang yang berbicara bahasa Turki dan bercerita tentang perang yang sedang berlangsung.

Semua rincian ini telah memicu perdebatan di antara para peneliti tentang apa negara Thawalisi ini, karena ada yang percaya bahwa itu adalah Jepang atau Filipina, dan yang lain percaya bahwa itu adalah wilayah Champa di Vietnam, yang mulai memeluk Islam seabad penuh setelah era Ibnu Battuta.

Bahkan setelah penelitian ekstensif Abdulhadi Al-Tazi dan penggunaan berbagai referensi Asia, belum ada yang bisa memberikan pendapat yang pasti tentang masalah ini.

Meskipun Abdulhadi Al-Tazi, merujuk pada pertemuan antara seorang menteri Maroko dan mitranya dari Jepang, dan bahwa menteri Jepang menyambut mitranya dari Maroko dengan mengatakan, "Selamat datang kepada orang Maroko kedua yang mengunjungi negara kami setelah kunjungan Bapak Ibnu Battuta.”

BACA JUGA: Berkat Kecerdasan Ilmuwan Iran, Program Nuklir tak Dapat Diserang atau Dibom Sekalipun

Mereka yang mengatakan bahwa Thawalisi adalah Jepang bergantung pada fakta bahwa konflik Thawalisi -China sudah terjadi pada saat itu, dan bahwa Jepang tahu dalam sejarahnya bentrokan dan persaingan dengan China sekitar empat puluh tahun sebelum kunjungan Ibnu Battuta, jadi apakah Thawalisi benar-benar Jepang?

Jepang yang tertutup Bagaimana Jepang mengenal Islam?

Bagaimanapun, terlepas dari apakah Ibnu Battuta, salah satu pelancong terbesar dalam sejarah ke Jepang atau bukan, Jepang mengenal para pelancong, pedagang, dan misionaris Eropa dua abad setelah perjalanan Ibnu Battuta ke Timur.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement